Keluarga Hamid sudah menjual perhiasan dan mobilnya, tapi hasil penjualan itu belum cukup untuk membayar ongkos pengacara yang mereka sewa untuk membela anak laki-laki semata wayang mereka, yang ditangkap atas tuduhan terorisme dalam sebuah serbuan yang dilakukan pasukan Irak. Satu-satunya harta yang masih mereka miliki adalah rumah, yang harus mereka jual seperti keluarga Irak lainnya untuk menyelamatkan anak mereka. Atau, mereka tidak akan pernah lagi berjumpa dengan orang yang mereka cintai.
Ongkos pengacara di Irak sekarang ini memang melambung tinggi. Menurut saudara laki-laki Hamid, Amir Al-Shagiri seperti dikutip Islamonline, pengacara meminta bayaran sebesar 15.000 dollar untuk membela saudara laki-lakinya yang sudah berada di tahanan selama lima bulan, padahal saudaranya itu adalah penyangga kehidupan di keluarganya.
"Kami menjual mobil kami dengan harga 4.200 dollar dan perhiasan senilai 3.000 dollar dan saya harus menjual rumah sama untuk menambah kekurangan dana, kami sudah putus asa berharap ia bisa berkumpul lagi dengan keluarganya," papar Al-Shagiri sambil menahan air mata.
Meski demikian, nasib keluarga Hamid masih lebih beruntung dari keluarga Irak lainnya. "Seorang kerabat saya sudah hilang harapan untuk mengumpulkan uang sebesar 40.000 dollar seperti yang diminta seorang pengacara untuk membebaskan tiga orang anaknya yang dipenjara," kata Al-Saghiri.
Hal serupa dialamai Sunni Nima. Ia khawatir, suatu hari ia akan menemukan anaknya tewas dengan tubuh penuh peluru jika ia gagal menyewa seorang pengacara.
"Saya berjuang untuk mendapatkan 10.000 dollar untuk menyewa seorang pengacara yang punya keahlian khusus membela para tahanan yang dituding terlibat dalam serangan teroris atau dituduh sebagai anggota kelompok militan," kata Nima dengan nada emosi.
"Pengacara itu mengatakan bahwa saya harus cepat mengambil tindakan sebelum melihat anak saya terbunuh di salah satu jalan di kota Basra, karena banyak para tahanan yang dibunuh sebelum pengacara mereka sempat menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan di pengadilan," sambung Nima.
Di Irak, hampir setiap hari ditemukan mayat dengan kondisi mata tertutup, tangan terikat dan tubuh penuh bekas tembakan. Keluarga korban menuding aparat keamananlah yang telah membunuh keluarga mereka itu.
Tingginya ongkos sewa pengacara di Irak, diakui oleh Diaa Al-Saadi, Sekjen Iraqi Bar Association. Menurutnya, tidak ada batas maksimum ongkos sewa pengacara yang menerima kasus-kasus yang terkait dengan teroris.
"Para pengacara benar-benar menghadapi saat-saat yang berat ketika menerima kasus-kasus seperti itu, karena untuk bertemu dengan klien mereka saja sangat sulit dan mereka bisa dihadapkan pada tuduhan membela seorang ‘teroris’," kata Saadi.
Untuk mengatasi persoalan ongkos sewa pengacara yang sangat tinggi, Biro Hak Asasi Partai Islam Sunni membentuk tim pembela untuk sekitar 13.000 tahanan di penjara Irak. Untuk tiap tahanan, mereka menetapkan biaya sekitar 300 dollar.
Saat ini ada 16.000 tahanan di penjara-penjara AS di Irak. Namun menurut pejabat Biro Hak Asasi Manusia, Umar Al-Jaburi jumlah total tahanan mencapai 29.000 orang. Ia mengatakan, tanpa pengacara para tahanan akan tetap putus komunikasi selama berbulan-bulan dengan dunia luar.
Al-Jaburi mengungkapkan, para tahanan kebanyakan warga Muslim Sunni. Mereka ditangkap di bawah undang-undang anti teror yang diberlakukan sejak Agustus 2004. Undang-undang ini memberikan wewenang penuh pada otoritas Irak untuk melakukan sweeping.
Pada akhir November lalu, ditemukan sekitar 170 tahanan, mayoritas warga Sunni Arab di penjara-penjara rahasia milik kementerian dalam negeri Irak yang kini didominasi oleh kalangan Syiah. Kondisi para tahanan itu sangat meneydihkan. Mereka kekurangan gizi dan mengalami penyiksaan dan tindakan sewenang-wenang.
Muntazar al-Samarrai, yang pernah bertugas di unit pasukan khusus Irak dan pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Irak, adalah orang pertama yang menghembuskan isu adanya penjara rahasia itu. Ia menuding menteri dalam negeri yang sekarang dijabat oleh Bayan Jabr Sulagh dan para pejabat di kementerian itu sengaja menutup-nutupi penyiksaan dan kekezaman yang dialami para tahanan. (ln/iol)