Kelompok Penulis Anti Islam Serukan Perlawanan terhadap Islamisme

Kelompok penulis dari berbagai negara mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam adanya ‘totaliterisme’ dalam beragama, khususnya agama Islam. Para penulis itu mengatakan, kekerasan yang terjadi akibat kasus publikasi kartun Nabi Muhammad Saw adalah salah satu bentuk ‘totaliterisme’ Islam dan menurut mereka ini sangat membahayakan.

Pernyataan bersama para penulis itu akan dipublikasikan mingguan Charlie Hebdo, terbitan Perancis pada hari ini, Rabu (01/3). Charlie Hebdo adalah salah satu media cetak Perancis yang ikut menerbitkan kartun Nabi Muhammad Saw.

"Setelah berhasil mengatasi fasisme, Nazisme dan Stalinisme, dunia kini menghadapi ancaman global yaitu Islamisme. Kami, para penulis, jurnalis, intelektual menyerukan perlawanan terhadap totaliterisme keagamaan dan mendorong kebebasan, kesempatan yang sama dan nilai-nilai sekular untuk semua," tulis mereka dalam pernyataannya.

Kelompok ini menambahkan, krisis yang disebabkan oleh karikatur Nabi Muhammad Saw ‘mengungkapkan pentingnya perjuangan untuk nilai-nilai universal. Perlawanan tidak akan dimenangan jika dengan senjata, tapi dengan ideologi.’

"Ini bukan benturan peradaban atau pertentangan antara Barat dan Timur yang akan kita saksikan, tapi perlawanan global melawan kaum demokrat dan teokrat," sambung mereka.

Salman Rushdi penulis buku Ayat-Ayat Setan yang sangat diuntungkan dengan kondisi ini, ikut menandatangani pernyataan menentang totaliterisme Islam ini. Karena bukunya itu, pemerintah Iran pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati terhadap Salman karena dianggap sudah memanipulasi karakter Nabi Muhammad.

Selain Salam Rushdi, penulis dan intelektual lainnya yang ikut menandatangi pernyataan ini antara lain Bernard Henry-Levy asal Perancis, Taslima Nasreen penulis asal Banglades, Ayaan Hirsi Ali, feminis dan sutradara Belanda kelahiran Somalia, Chahla Chafiq penulis Iran yang diasingkan ke Perancis, Caroline Fourest penulis asal Perancis, Mehdi Mozaffari, akademisi Iran yang diasingkan di Denmark, Irshad Manji pengungsi asal Uganda yang mengungsi dan menjadi penulis di Kanada, Maryam Namazie penulis Iran yang bermukim di Inggris, Antoinee Sfeir Direktur Kajian Timur Tengah di Perancis, Charlie Hebdo Direktur Phillipe Val dan Ibnu Warraq, akademisi keturunan India-Pakistan yang menulis buku berjudul Why I Am Not a Muslim.

Dalam pernyataannya, mereka mengatakan,"Seperti halnya totaliterisme, Islamisme dipelihara oleh rasa ketakutan dan frustasi," dan tidak ada satupun yang bisa membenarkan kebencian yang ditimbulkannya.

"Islamisme ada sebuah ideologi yang menentang kemajuan, yang membunuh adanya persamaan, kebebasan dan sekularisme di manapun berada."

Kelompok ini juga menyerukan hak-hak universal untuk memberantas diskriminasi dan penindasan yang ditimbulkan akibat adanya dominasi Islamis dan mengatakan bahwa mereka menolak mengakui semangat yang mereka lakukan disebut sebagai ketakutan atau dituding sebagai Islamophobia. (ln/iol)