Dua hari sebelum awal Ramadhan, sebuah kelompok Muslim Amerika yang berbasis di AS meluncurkan kampanye nasional menyerukan boikot kurma yang ditanam di tanah yang diduduki Israel di Tepi Barat.
American Muslims for Palestine (AMP) memulai kampanye berjudul “This Ramadan Make a Date with Justice: Choose Occupation-Free Dates” sebagai langkah lain dalam program gerakan Boycott Divestment and Sanctions (BDS) yang menargetkan produk-produk Israel di pasar internasional. BDS dimulai pada 2005 sebagai bentuk protes non-kekerasan terhadap pendudukan ilegal Israel di Palestina.
“Sayangnya, banyak umat Islam tidak sadar menggunakan kurma Israel, sebagian besar tumbuh di permukiman Israel yang dibangun secara ilegal di tanah Palestina,” kata Awad Hamdan, direktur Program Nasional AMP kepada Al Arabiya.
Awad mengatakan: “Ini tentang mendidik rakyat Amerika; Muslim dan non-Muslim.”
AMP sendiri bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang asal-usul produk yang mendukung permukiman Israel, dan waktu kampanye terbaru bertepatan dengan hari libur di mana kurma mendapatkan banyak perhatian untuk dibeli.
“Kami memutuskan untuk meluncurkan kampanye selama bulan Ramadhan dan telah menghasilkan usaha yang sukses. Produk kurma banyak dibeli oleh konsumen Muslim selama bulan Ramadhan karena itu biasanya dimakan saat berbuka puasa mereka,” kata Awad.
Menurut laporan terbaru oleh harian Haaretz Israel, perkebunan kurma banyak juga yang mengeksploitasi buruh tani dan menggunakan praktek-praktek kerja yang tidak manusiawo. Surat kabar Israel mengatakan ditemukan bahwa pekerja anak dipaksa untuk tinggal di kebun kurma sampai sembilan jam di bawah sinar matahari, dan pemilik kebun bertindak diskriminasi terhadap pekerja Palestina dengan membayar upah kurang dari rekan-rekan Israel mereka.
“Orang selalu bertanya tentang bagaimana mereka bisa terlibat, dan ada jalan bagi rata-rata warga Amerika yang tidak di bidang politik atau di pemerintahan untuk melakukan sesuatu. Ini langkah sederhana dari sebuah keputusan sadar dari pelanggan untuk berdiri demi keadilan,” kata Jamil Morrar, pendukung kampanye boikot dan pemilik toko.
Morrar mengatakan bahwa tokonya tidak pernah menjual produk-produk Israel dan wajar saja kalau dia bergabung dengan program boikot.
Lebih dari 170 kelompok bergabung dengan gerakan BDS ketika gerakan itu dimulai tahun 2005, termasuk organisasi-organisasi Yahudi seperti Suara Yahudi untuk Perdamaian.(fq/aby)