Dalam kampanye Islamofobia terbaru terhadap minoritas yang cukup besar, gerakan konservatif Amerika meyakini bahwa semua umat Islam merupakan ancaman bagi Amerika Serikat karena umat Islam mematuhi ajaran Islam dan Alquran dan menegaskan bahwa umat Islam seharusnya tidak boleh mengambil posisi di pemerintah federal.
“Apakah Anda pernah membaca Al-Quran? Saya sarankan Anda melakukannya, karena siapapun yang membacanya akan mengetahui bahwa Muslim adalah ancaman bagi negara ini, dan itu fakta,” kata Wes Harris, pendiri dan ketua Original North Phoenix Tea Party, mengatakan kepada Arizona Times Capitol.
“Tidak ada yang namanya muslim moderat.”
Harris, yang juga seorang anggota komite di 6 distrik Legislatif Partai Republik, percaya loyalitas Muslim untuk AS dipertanyakan karena mereka mengikuti ajaran Al Qur’an.
“Jika mereka muslim, mereka harus mengikuti Al Qur’an. Itulah agama mereka dan itulah doktrin mereka,”ujarnya, menggambarkan Islam sebagai organisasi fasis.
Gerakan Tea Party sendiri adalah gerakan sosial populis konservatif di Amerika Serikat.
Gerakan ini muncul melalui serangkaian aksi protes nasional terkoordinasi terhadap kebijakan Presiden AS Barack Obama. Gerakan ini telah menunjukkan permusuhan terhadap komunitas Muslim di Amerika Serikat.
Pejabat Tea Party juga menyerang staf Muslim untuk Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, mengatakan umat Islam tidak harus bekerja di pemerintah federal.
“Apakah dia seorang muslim? Apakah dia seorang Muslim yang aktif?” tanya Harris.
Huma Abedin, seorang pembantu dekat Clinton, telah mendapat kecaman dari Partai Republik karena diklaim memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.
Wakil Republik Michele Bachmann mengatakan bahwa pengangkatan Abidin, seorang Muslim, di Departemen Luar Negeri adalah tanda adanya infiltrasi Ikhwan di pemerintahan Obama.(fq/oi)