Sebuah kelompok Islam yang berafiliasi dengan al-Qaidah yang berbasis di bagian utara Mali pada hari Jumat kemarin (24/8) memperingatkan Aljazair akan adanya pembalasan mematikan setelah pejabat Aljazair menolak adanya pertukaran sandera, kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut.
Gerakan yang disebut Tauhid dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO) adalah salah satu dari beberapa kelompok Islam yang muncul dan merebut kekuasaan di Mali utara setelah kudeta di ibukota Bamako.
Awal bulan ini, tiga Islamis bersenjata ditahan oleh pasukan keamanan Aljazair dalam sebuah operasi khusus di dekat kota Aljazair selatan Ghardaia, menurut kantor berita resmi Aljazair APS.
MUJAO mengatakan telah meminta pemerintah Aljazair “untuk membebaskan saudara-saudara kami” dalam pertukaran untuk MUJAO dengan membebaskan salah satu sandera Aljazair.
“Pemerintah Aljazair menolak tawaran itu. Akibatnya, Aljazair akan tunduk pada semua konsekuensi dari penolakan ini, “kata pernyataan MUJAO.
MUJAO mengklaim menculik tujuh diplomat Aljazair dari konsulat di Gao, Mali. Tiga dari para sandera telah dibebaskan sejauh ini.
MUJAO mengatakan di antara mereka yang ditahan di Aljazair adalah Abd Arrahmane Abu Ishak, yang mengepalai komisi hukum AQIM.
“Kami memberikan ultimatum kurang dari lima hari, mulai dari sekarang, untuk menyelamatkan nyawa sandera (Aljazair),” kata pejabat MUJAO Abu Walid Sahraoui dalam pernyataannya.(fq/afp)