Sebuah kelompok Islam di Uni Emirat Arab membantah laporan bahwa anggotanya telah mendirikan sayap bersenjata dengan tujuan merebut kekuasaan dan mendirikan sebuah negara Islam di negara Arab Teluk.
Media lokal di UEA melaporkan pada hari Kamis lalu bahwa aktivis Islam, yang telah ditahan oleh otoritas negara Teluk dalam beberapa bulan terakhir, mengaku telah membuat sebuah organisasi rahasia dengan sayap bersenjata.
“Ini tuduhan tidak benar dan tidak berdasar,” kata kelompok Islam Al-Ishlah dalam pernyataan yang dikirim ke Reuters pada Minggu kemarin (23/9).
“Bagaimana mungkin bahwa sekelompok warga sipil yang terdiri dari profesor universitas, guru, pengacara dan pengusaha berubah menjadi organisasi militer?”
UEA saat ini menahan sekitar 60 anggota Al-Ishlah yang diduga memiliki hubungan dengan organisasi Ikhwanul Muslimin – yang dilarang di UEA, surat kabar al-Khaleej melaporkan. Dua surat kabar lainnya, termasuk al-Bayan, memberitakan laporan yang serupa, namun tidak menyebut sumber informasi tersebut.
Seorang pejabat UAE menolak untuk mengomentari laporan itu, mengatakan segala hal harus tunduk pada proses hukum.
Kelompok Islam Al-Ishlah, yang mengatakan misinya adalah untuk mendukung reformasi damai, mengatakan mereka tidak memiliki hubungan dengan organisasi Ikhwanul Muslimin dunia, yang didirikan di Mesir pada tahun 1928.
“Kesetiaan kelompok kepada pemerintah UEA didasarkan pada keyakinan dalam legitimasi sistem pemerintahan yang ada,” kata al-Ishlah dalam pernyataannya.
Sebelumnya kepala polisi Dubai Dhahi Khalfan mengatakan di bulan Maret lalu bahwa badan-badan intelijen Barat mengatakan kepadanya jika Ikhwanul Muslimin merencanakan untuk membuat pemerintahan di wilayah Teluk.(fq/reu)