Rezim Ali Abdullah Saleh mendapat pukulan yang telak, dan mungkin dia tidak dapat lagi kembali ke Yaman, karena pemerintah Saudi menolak membantunya.
Roket yang menimpa dirinya dan sejumlah pejabat tinggi Yaman, hari Jum’at lalu, saat dia sedang berdoa di masjid di Komplek Istana Presiden, semua itu akan mengakhiri impiannya untuk terus berkuasa, yang sudah dijalaninya selama lebih dari tiga dekade.
Aliansi suku yang mengangkat senjata melawan Saleh tampaknya akan menjadi pemenang. Suku terbesar di Yaman yang dipimpin Shadiq al Ahmar, yang merupakan anak dari Sheikh Abdullah Al-Ahmar, yang pernah menjadi Ketua Parlemen Yaman (DPR), serta pemimpin Partia Ishlah, yang menjadi jelmaan Jamaah Ikhwanul Muslimin, nampaknya sekarang menjadi penentu politik di negeri itu.
Hakekatnya, Yaman yang diikat sebuah kesepakatan antara pemimpin suku, yang kemudian menjadi sebuah negara yang bersatu antara Yaman Selatan dan Utara, tak lain merupakan hasil perjanjian antara pemimpin suku, yang menyepakati Ali Abdullah Saleh menjadi presiden, di tahun 1994.
Ali Abdullah Saleh yang dikelilingi keluarganya dalam mengelola negara, terutama bidang keamanan, dan seluruh lembaga dan unit keamanan diserahkan kepada keluarganya atau anaknya.
Seperti anaknya yang bernama Ahmed Ali Abullah Saleh, yang sudah lama dipersiapkan untuk menjadi penggantinya, dan keponakannya, Yahya Muhammad Saleh, mengepalai unit paling efektif – dan tampaknya tak mampu berbuat banyak menghadapi situasi yang ada.
Ahmed menjadi panglima Garda Republik dan Yahya menjadi komandan anti-terorisme,yang paling berpengaruh, dan dia menjabat sebagai komandan militer – sejak tahun 2005. Presiden Ali Abdullah Saleh menyerahkan kepada 31 sepupunya untuk memimpin unit-unit pasukan keamanan di Yaman. Inilah bentuk kekuasaan di Yaman, di bawah Ali Abdullah Saleh.
Sekarang keluarga dan anak-anak Ali Abdullah Saleh mereka harus menghadapi pemimpin aliansi suku al-Hashid, suku yang paling besar di Yaman – yang dipimpin Shadiq al-Ahmar, dan sebenarnya Ali Abdullah Saleh menjadi anggotanya. Tetapi, satu per-satu mereka telah meninggalkan presiden, saat ia terkonsentrasi pada kekuasaan dan uang, dan membagi kekusaannya dalam kelompok yang sangat terbatas, dan sangat kecil, yaitu keluarganya.
Karena pola kekuasaan Ali Abdullah Saleh yang semakin "mengecil" dari lingkaran keluarganya semata, maka kemudian para pendukungnya, termasuk Hamid al-Ahmar, seorang pemimpin Partai Islam Islah, yang juga seorang pengusaha terkemuka, berubah menjadi lawan politiknya.
Ali Abdullah Saleh kehilangan sekutu-sekutunya, dan ia hanya mengandalkan dukungan dan perlindungan dari anak-anaknya dan keluarganya yang menguasai unit-unit militer. Pemimpin aliansi suku di Yaman, Sheikh Shadiq al Ahmar, marah dan meminta Ali Abdullah Saleh mundur, sesudah terjadi penembakan terhadap puluhan demonstran bulan Maret lalu.
Sheikh Abdullah Bin Hussein al-Ahmar, yang meninggal pada tahun 2007, adalah tokoh yang sangat penting di Yaman, dan memimpin Partai Islam Ishlah, yang menjadi jelmaan Jasmaah Ikhwan, dan Sheikh Abdullah al Ahmar pernah ketua parlemen Yaman. Posisi itu, sekarang digantikan oleh keponakannya yaitu Hamid al-Ahmar, yang merupakan sepupu dari Shadiq Al-Ahmar. Shadiq al-Ahmar adalah anak dari Sheikh Al-Ahmar.
Sheikh Abdullah al-Ahmar adalah salah satu tokoh yang sangat dihormat di Yaman secara luas – orang sering menggambarkannya sebagai bapak Yaman modern. Dia adalah seorang pemimpin oposisi, tetapi juga ketua parlemen, dan Saleh tidak berhati-hati mensikapi Sheikh Abdullah al-Ahmar. Hari ini, nampaknya tak ada pertemuan antara pemimpin suku Hashed yang dipimpin oleh Shadiq Al Ahmar dengan Ali Abdullah Saleh.
Lalu, siapa orang yang paling kuat di Yaman sekarang, sesudah Saleh berada di rumah sakit Riyadh, selain Shadiq al-Ahmar, mungkin Brigadir Jenderal Ali Muhsin al-Ahmar.
Jenderal Ali Muhsin seorang Komandan Divisi Lapis Baja Pertama. Sikap Muhsin merupakan pukulan yang pertama dan menentukan, ketika ia membelot pada bulan Maret, dan mengajak pasukannya berabung dengannya. Dia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melindungi para demonstran yang melakukan aksi protes di Sanaa. Unit pasukan yang dipimpin Ali Muhsin baru-baru ini mengambil alih gedung-gedung dekat kompleks presiden.
Saleh menyalahkan al-Ahmar yang melancarkan serangan roket yang menghantam komplek Istana Presiden, Jumat lalu. Para pejabat lain mengatakan hanya pasukan profesional yang bisa terorganisir, dan berhasil melakukan serangan dengan sangat tepat.
Apa yang membuat Muhsin al-Ahmar menjadi perhatian pemerintah Barat, karena dia dikaitkan hubungannya dengan Islam Sunni yang radikal. Pengamat politik Yaman, mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin telah lama berpengaruh dalam komando militer al-Ahmar, dan dia dikenal karena sikapnya yang antipati terhadap Syi’ah Yaman.
Barak Barfi, seorang peneliti di New America Foundation, sebuah think tank yang berfokus pada terorisme di Timur Tengah dan Asia Selatan, baru-baru ini mencatat bahwa al-Ahmar " menikah dengan adik Tariq al-Fadhli, seorang Yaman yang berjuang bersama al Qaeda Osama bin Laden di Afghanistan. Bila lebih dari 4.000 orang Arab kembali dari pertempuran Soviet di Afghanistan, maka al-Ahmar merupakan kekuatan yang terorganisir, dan mereka berada dalam unit militer, yang dapat dikerahkan dalam perang sipil 1994. Tetapi, semua itu hanyalah sangkaan dari intelijen Barat, yang tidak ingin kekuatan Islam berkuasa, dan menuduh Al-Ahmar bagian dari Al-Qaidah.
Tokoh lain yang mungkin memainkan peran penting adalah ulama Abdulmadjid al-Zindani, pendiri Partai Islah Islam. Zindani ulama yang sangat ditakuti oleh Yaman liberal. Sheikh Abdul Majid Zindanni, yang terkenal dengan ilmunya, dan menulis tentang al-Qur’an yang dikaitkan dengan ilmu pengatahuan. Zindani juga sebagai pendiri (muasis) Jamaah Ikhwan di Yaman. Tetapi, ia lebih banyak di bidang ilmu dakwah dan ilmu pengetahuan.
Wakil Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi telah mengambil alih kekuasaan dan mengambil alih komando angkatan bersenjata dan keamanan Yaman. Wakil Presiden sejak tahun 1994, dia tidak ingin menerima kekuasaan dari Ali Abdullah Saleh. Dia sebagai orang selatan, ia tidak memiliki banyak dasar kekuasaan.
Maka, kolaborasi antara Bregadir Jenderal Ali Muhsir Al Ahmar, Shadiq Al Ahmar, Hamid Al-Ahmar, yang masih satu suku dan keluarga, nampaknya yang akan menentukan masa depan Yaman. (mh/tm)