Insiden penembakan di basis militer AS Fort Hood, Texas terus bergulir di AS. Kepala Staff Angkatan Bersenjata AS, Jenderal George Casey menyatakan khawatir insiden itu akan memicu aksi balas dendam terhadap para prajurit AS yang muslim.
Untuk itu, Casey dalam siaran di CNN meminta agar para pucuk pimpinan di kemiliteran AS untuk mewaspadai kemungkinan tersebut. Menurutnya, jika insiden itu hanya difokuskan pada latar belakang Nidal Malik Hasan yang muslim, akan memicu "kebencian terhadap tentara-tentara AS lainnya yang muslim" dan jika itu terjadi bisa menimbulkan persoalan di kemiliteran AS yang membutuhkan tentara-tentara dari berbagai latar belakang agama terutama untuk kelanjutan perang AS di Irak dan Afghanistan.
"Keberagaman kita bukan cuma di kemiliteran tapi juga dalam kehidupan bernegara, yang sesungguhnya menjadi kekuatan. Terkait dengan tragedi yang mengerikan ini, jika keberagaman itu yang menjadi korban, saya pikirnya dampaknya akan sangat buruk," kata Casey dalam "Meet The Press" NBC.
Sejumlah tentara AS yang muslim sudah menyatakan mengecam insiden penembakan itu. "Apa yang dilakukan oleh Mayor Hassan tidak mewakili kami semua," kata Robert Salaam, mantan Marinir yang masuk Islam pasca serangan 11 September 2001.
Peristiwa penembakan membabibuta yang dilakukan Mayor Nidal Malik Hasan hari Kamis (5/11) di Fort Hood, membuat banyak orang AS di terperangah. Aksi penembakan itu menewaskan 13 orang dan melukai 30 orang lainnya. Sejumlah pejabat AS melontarkan pernyataan miring terhadap Nidal, yang dikaitkan dengan latar belakangnya sebagai seorang muslim.
Kepala Komite Senat Bidang Keamanan Dalam Negeri, Senator Joe Lieberman misalnya, menyebut penembakan yang dilakukan Hassan sebagai aksi "seorang Islamis ektrimis". "Ada sinyal peringatan yang sangat-sangat kuat dalam kasus ini bahwa Dr. Hassan sudah menjadi menjadi sekorang ektrimis Islam. Oleh sebab itu tindakan yang dilakukan termasuk tindakan teroris," tuding Lieberman seperti dilansir Fox News.
Mayor Nidal Malik Hassan adalah seorang psikatris yang bergabung dengan kemiliteran AS sejak tahun 2005. Selama bertugas di kemiliteran, ia melayani konsultasi banyak tentara AS yang baru pulang bertugas dari Irak dan Afghanistan dan dari sinilah ia banyak tahu kenyataan yang menyakitkan tentang perang AS di kedua negara tersebut.
Mayor Hassan sendiri, sedianya akan ditugaskan ke Aghanistan bulan ini. Namun menurut sejumlah rekan dan kerabatnya, Hassan menolak penugasan itu. Kerabat Hassan bahkan mengatakan, Hassan sebenarnya ingin keluar dari kemiliteran supaya tidak dikirim ke Afghanistan dan karena seirng dilecehkan oleh sesama tentara AS karena latar belakangnya yang muslim. (ln/iol)