Qathl bathi`, artinya mati perlahan-lahan. Istilah tersebut yang kini melekat dengan kondisi Ghaza yang telah diisolasi lebih dari enam bulan lamanya oleh Israel.Dan kali ini, kematian mengenaskan kembali terjadi.
Isolasi keji Israel telah “merenggut” nyawa bayi usia 13 bulan dan seorang kakek. Jumlah penduduk yang meninggal pun bertambah menjadi 33 orang dalam satu bulan saja. Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Sumber medis di Ghaza memberitakan meninggalnya bayi perempuan bernama Rawan Sameh Deyab (13 bulan). Ia dilarang tentara penjajah Israel memperoleh pengobatan di luar Ghaza saat kondisi kesehatannya sudah kritis. Tidak lama setelah itu, sumber medis di Ghaza juga menyampaikan wafatnya seorang kakek bernama Ahmad Husain yang berusia 55 tahun, juga karena dilarang mendapat pengobatan di luar Ghaza.
Seorang keluarga Rawan mengatakan, Rawan mengidap penyakit ginjal sejak kecil. Ia sudah diusahakan mendapat pengobatan di sejumlah rumah sakit di wilayah tanah jajahan yang dirampas Israel tahun 1948, tapi akhirnya ia dilarang keluar Ghaza karena penyeberangan tertutup oleh isolasi keji Israel atas Ghaza. Rawan kondisinya kritis sejak tiga bulan terakhir, hingga sudah dirawat di ruang ICU di rumah sakit Ghaza.
Kini, ada ratusan pasien sakit di berbagai rumah sakit di Ghza yang mungkin sedang menanti kematian bila mereka tidak diizinkan mendapat pengobatan yang layak di luar Ghaza, sementara di dalam Ghaza obat-obatan dan fasilitas medis telah habis atau rusak. Pengepungan Ghaza yang disetujui oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas benar-benar menciptakan tragedi kemanusiaan yang memprihatinkan. (na-str/pic)