Tindak kejahatan bernuansa rasis meningkat hampir sepertiganya di sejumlah wilayah Skotlandia sejak insiden di bandara Glasgow yang dicurigai sebagai serangan terorisme.
Bentuk kejahatan itu, mulai dari dugaan akan adanya serangan bom molotov ke sebuah masjid sampai serangan dalam bentuk verbal pada warga asal Asia. Meskipun para pemuka masyarakat dan tokoh-tokoh politik di Skotlandia sudah menyerukan agar warga masyarakat tetap tenang, pasca insiden yang terjadi tanggal 30 Juni kemarin, di mana sebuah jeep Cherokee yang dikendarai dua orang laki-laki menabrak terminal penumpang di bandara Glasgow.
Data statistik yang dirilis akhir minggu ini menunjukkan bahwa komunitas Asia di Skotlandia banyak yang menjadi korban kejahatan bernuansa rasis pasca insiden tersebut. Polisi di Strathclyde mengungkapkan bahwa mereka menerima lebih dari 10 kasus bernuansa rasis setiap hari pascaserangan di Bandara Glasgow.
Perwakilan dari komunitas Muslim Skotlandia sudah menyuarakan kekhawatirannya bahwa angka itu kemungkinan lebih kecil dari kasus-kasus yang sebenarnya terjadi, tapi tidak dilaporkan. Kebanyakan kasus yang dilaporkan adalah kasus serangan secara verbal, tapi ada juga sejumlah kasus serangan secara fisik. Sedikitnya, ada 25 kasus yang secara langsung terkait dengan insiden Bandara Glasgow.
Usama Said dari Muslim Association of Britain mengatakan, "Kita bicara tentang kelompok minoritas di balik kasus-kasus ini dan masyarakat Skotlandia secara keseluruhan yang bereaksi setelah insiden serangan terjadi. Kita masih perlu membangun jembatan dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab melakukan serangan-serangan bernuansa rasial ini harus dihukum. "
Sementara itu, Asisten Kepala Keselamatan Masyarakat di Strathclyde, John Neilson mengatakan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang melakukan tindakan rasis. (ln/theindependent)