Bagaimana kehidupan pejuang Hizbullah dalam hari-hari melawan Israel? “Kami menjalani hidup dengan sedikit makanan. Hanya makanan kaleng dan sedikit coklat,” ujar seorang pejuang.
Sedangkan tentang komunikasi yang dilakukan antar mereka, Hasan, seorang pejuang Hizbullah mengatakan pada Kantor Berita Perancis, “Kami menggunakan peta lokasi. Dan memancangkan saluran radio dengan pembicaraan tentang pohon-pohon tertentu. Bagaimana Israel bisa memahami bahasa kami?”
Ia memberi contoh, misalnya pasukan Hizbullah ada yang menggunakan kode dan istilah tertentu pasukan diminta bertemu di “Rumah Wanita”. Ini tidak dimengerti Israel meskipun saluran komunikasi Hizbullah berhasil disadap Israel.
Pasukan Hizbullah diduga memang sengaja memancing pasukan Israel untuk melakukan perang jarak dekat sebagaimana yang terjadi dalam peperangan di Marun Ras dan Bint Jubail. Dan itulah yang dikhawatirkan tentara Israel di mana Israel dipukul mundur oleh pasukan Hizbullah dengan kerugian materil yang cukup besar. Hizbullah memandang taktik dan strategi perang jalanan bisa memberi kerugian telak atas Israel. Israel mengaku telah kehilangan 6 pasukannya dan 13 orang terluka di Marun Ras. Sementara di Bint Jubail, Israel mengaku kehilangan 8 orang pasukannya. Sementara Hizbullah mengklaim telah berhasil membunuh minimal 13 pasukan Israel di Bint Jubail.
Terkait perlawanan yang dilakukan Hizbullah, seorang prajurit Israel Yoreh mengatakan kepada harian Maarev (1/8). “Setiap detik dilewati dengan pahit dan menakutkan. Pejuang Hizbullah menembakkan senjata kepadamu tanpa diduga. Ini bukan masalah mudah. Hari ini misalnya, Hizbullah menembakkan bomnya ke arah unit pasukan kami. Lalu kami diluputi rasa takut. Kematian lebih dekat kepadamu dari sebelumnya. Di setiap tempat ada pejuang Hizbullah yang bersembunyi. Dan di setiap jengkal Libanon Selatan ada sejumlah pejuang yang memiliki kemahiran tingkat tinggi. Ini menakutkan.”
Ia melanjutkan kisahnya tentang peperangan satu hari sebelumnya. “Malam kemarin ada salah seorang rekan saya yang tertembak tiga peluru dan kini masih dirawat dalam kondisi kritis. Salah satu peluru itu mengenai kakinya. Ini adalah cara menembak untuk melumpuhkan musuh sehingga seorang tentara tak mungkin melakukan apa-apa. Kita lihat saja akhir peperangan ini bagaimana. Kami berharap, perang ini usai dan kami masih hidup,” ujar Yoreh.
Memasuki pekan ketiga agresi milternya, menurut para pengamat militer, ada beberapa pertanyaan yang sulit dijawab oleh pasukan Israel. Pertanyaan itu, pertama, “Bagaimana pola perlawanan yang dilakukan Hizbullah? Dari mana mereka datang? Bagaimana mereka menyerang? Bagaimana mereka bisa melakukan serangan dengan cepat hingga memancing pasukan Israel untuk masuk dalam pertarungan darat, kontak senjata langsung dengan senjata, yang dianggap lebih seimbang dan Hizbullah mengaku memiliki kemampuan di sana?
Pertanyaan kedua dari para pengamat militer, bagaimana unit-unit pasukan Israel yang ditugaskan berada di depan tiba-tiba terkepung dari dua arah oleh pasukan Hizbullah? Pertanyaan ketiga, terkait masalah besar bagi pimpinan militer Israel di wilayah Utara. Yakni tentang cara yang dilakukan Hizbullah yang mampu mendeteksi gerak dan strategi pasukan Israel. (na-str/iol)