Kepolisian Metropolitan Tokyo ternyata mencurigai komunitas Muslim sebagai salah satu sumber potensial munculnya terorisme di negeri Matahari Terbit itu. Hal ini terungkap dari dokumen kepolisian Metropolitan Tokyo yang bocor ke publik.
Dokumen tersebut berisi informasi yang sensitif antara lain daftar nama sejumlah muslim yang dianggap sebagai orang yang "berpotensi melakukan aksi terorisme", nomor paspor, alamat, nomor telepon dan nama anggota keluarga mereka. Dari dokumen itu juga diketahui bahwa kepolisian Tokyo melakukan penyelidikan atas permintaan FBI, badan intelijen AS.
Pengacara Kazuyuki Azusawa menyatakan, kecurigaan pihak kepolisian itu telah merusak citra komunitas Muslim di Jepang. "Polisi sewaktu-waktu bisa mengakses rekening pribadi tanpa surat perintah dengan dalih untuk penyelidikan," kata Azusawa.
Akibat kecurigaan itu, ada beberapa Muslim yang menjadi korban. Azusawa mengungkapkan, seorang muslim dipecat dari perusahaannya gara-gara dicurigai sebagai "teroris". Muslim lainnya, yang mengelola bisnis kecil-kecilan, kehilangan banyak pelanggannya.
Terkait masalah ini, pekan kemarin, 14 muslim Jepang sudah mengajukan gugatan hukum terhadap Kepolisian Tokyo dan pemerintah Jepang. Mereka menuntut ganti rugi sebesar 154 juta yen dan menyatakan bahwa penyelidikan yang dilakukan polisi tidak sah serta melanggar hak asasi manusia.
Menurut Azusawa, kepolisian Jepang memiliki data hampir 98 persen muslim yang ada di Jepang. Itu artinya, hanya dengan agama yang dianut seseorang, polisi sudah bisa menandai orang tersebut berpotensi sebagai teroris.
Namun sejumlah analis membela apa yang dilakukan pihak kepolisian dan pemerintah terhadap komunitas Muslim. Kenjiro Kato, seorang pengamat militer menilai penyelidikan yang dilakukan polisi Jepang tidak melanggar batas perikemanusiaan jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan pemerintahan negeri-negeri muslim yang kerap melakukan penyiksaan terhadap para tersangka teroris.
"Jepang adalah salah satu negara yang paling nyaman bagi kaum Muslimin," ujar Kato.
Islam mulai berkembang di Jepang pada era 1920-an melalui para imigran muslim Turki yang datang dari Rusia, pada masa revolusi Rusia. Dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah Muslim di Jepang mencapai 1.000 orang dari berbagai latar belakang etnis.
Arus imigran muslim makin mempercepat pertumbuhan populasi muslim dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. Para imigran muslim dari Iran, Pakistan dan Bangladesh berdatangan ke Jepang untuk bekerja. Saat ini, jumlah muslim di Jepang mencapai 120.000 jiwa dari 127 juta total penduduk Jepang. (kw/oi)