Komentar itu muncul setelah tujuh pria asal Chechnya didakwa di Prancis atas dugaan keterlibatan mereka dalam insiden pemenggalan Samuel Paty di Paris pada bulan Oktober.
Jaksa penuntut mengatakan Paty menjadi sasaran Abdullakh Anzorov yang berusia 18 tahun karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron kemudian menuai kontroversi dengan memberikan penghormatan kepada Samuel Paty sebagai “pahlawan yang pendiam” dan “wajah Republik.”
Sejumlah negara Muslim mengumumkan boikot produk Prancis, dengan beberapa demonstran turun ke jalan untuk membakar patung Macron sendiri.
Kepala Republik Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia, Ramzan Kadyrov, mengutuk serangan itu, tetapi mendesak orang-orang untuk tidak memprovokasi umat atau melukai perasaan religius mereka.
“Sementara itu, temukan kekuatan untuk mengakui bahwa Muslim memiliki hak untuk beragama, dan tidak ada yang akan mengambilnya!” tegas Ramzan Kadyrov. (*)