Barangkali, inilah lokasi satu-satunya yang tidak banyak terpengaruh oleh isolasi Ghaza. Di antara kenyataan hidup menyedihkan yang mencabut senyum dan kegembiraan anak-anak, ternyata pohon-pohon hijau di Ghaza tetap menyejukkan. Siapapun yang menyaksikannya pasti merasakan ketenangan dan kegembiraan. Burung-burung Ghaza pun masih kerap menyuarakan nyanyian merdu yang menyejukkan hati.
Ini semua ada di kebun binatang Ghaza. Ya, sebuah kebun binatang telah dibuka untuk umum masyarakat Palestina di Ghaza yang dikepung embargo berbulan-bulan oleh penjajah Zionis Israel. Kebun binatang ini dibuka untuk menerbitkan suka cita penduduk, khususnya anak-anak pada hari-hari seperti idul Adha tahun 1428 H ini.
Di sana, anak-anak bisa bergembira dan menyunggingkan senyum, meski mungkin hanya beberapa jam saja. Karena di sisi lain, mesin perang Israel yang terus menerus menggempur Ghaza, hingga kini telah menewaskan 12 orang Palestina, pasca perundingan Annapolis.
Di kebun binatang Ghaza, ada harimau, singa, onta, keledai, pelanduk, monyet, dan lainnya. Hewan-hewan itulah yang selamat dari beragam konspirasi politik dan perpecahan yang merobek-robek Ghaza. Mereka tetap bisa memancing tawa dan kegembiraan anak-anak tanpa membedakan antara Fatah atau Hamas, serta tidak peduli dengan kondisi keamanan yang kian buruk akibat ulah penjajah Israel.
Abu Khalid Asyur, tengah bersiap menemani anak-anak dan isterinya untuk mengunjungi kebun tinatang. Ia berharap keluarganya bisa sedikit berbahagia dengan berkunjung kebun binatang.
“Kondisi ekonomi yang kami alami begitu sulit dipikul lagi.. isolasi Zionis membuat kami tak bisa bergerak ke manapun.. kami ingin anak-anak kami bisa bernafas, merasakan bahwa mereka itu adalah makhluk hidup.., “ seperti itulah Abu Khalid mengungkapkan perasaannya.
Sejak enam bulan lalu, kondisi Ghaza mulai mengarah pada bencana kemanusiaan, ekonomi dan kesehatan yang kian hari kian bertambah parah. Seluruh jalan keluar Ghaza tertutup. Pasukan Israel berjaga ketat mengawasi setiap perbatasan yang biasa dijadikan jalur untuk keluar masuk penduduk dari Ghaza ke tempat lainnya.
Israel bahkan menolak membuka perbatasan untuk sekedar mengizinkan penduduk Ghaza berobat, melarang hubungan bisnis dan tidak mengizinkan banyak bahan makanan dan obat-obatan masuk ke wilayah yang kini dikuasai Hamas itu. Dalam kondisi seperti itulah, dibuka sebuah taman dan kebun binatang. Tentu hal ini benar-benar menjadi bagian dari penawar duka yang dialami penduduk Ghaza.
“Kami perlu merubah suasana duka ini, ketegangan dan rasa kesempitan. Kami hampir tidak bisa merasakan kondisi hari raya di antara kami. Tidak ada apa-apa di pasar, tidak ada pakaian baru, tidak ada kue-kue dan lainnya. Tapi kebun binatang mungkin bisa sedikit memberi nafas bahagia untuk kami, agar kami bisa mencari jalan keluar untuk menutup lapar kami, ” ujar Abu Khalid.
Ke mana keluarga kita pada hari Raya Idul Adha tahun ini? (na-str/iol)