Gereja Ortodoks Georgia mengeluarkan pernyataan pada 28 Agustus lalu, yang memancing kemarahan umat Islam setelah pihak berwenang memaksa meruntuhkan menara dari masjid di desa Chela kotamadya Adigeni , Georgia.
” Kami menyerukan pengorbanan seluruh jasad dan darah kami , untuk hadapi Muslim Georgia dari desa Chela dan Muslim Georgia dan non -Georgia dari desa-desa dan kota-kota lainnya , ” demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Gereja Ortodoks Georgia dikutip oleh situs masyarakat Georgia .
” Kita semua adalah bumi putra dari Georgia , di mana selama berabad-abad lalu bangsa kita harus mengatasi invasi berbagai negara Muslim.” Tambah pernyataan tersebut.
Bentrokan meletus antara penduduk muslim dan polisi Senin lalu di Chela ketika umat Islam mencoba mencegah pihak berwenang untuk meruntuhkan sebuah menara dengan tinggi 24 meter dari masjid di desa itu.
Menara tersebut didatangkan dari Turki , didirikan dan melekat pada masjid di Chela pada bulan Juli .
Tapi pada tanggal 20 Agustus, dewan kota setempat ( Sakrebulo ) di Adigeni menjatuhkan putusan menara itu dibangun secara ilegal tanpa memperoleh izin dari pemerintah setempat .
Pembongkaran dilakukan pihak kepolisian pada tanggal 26 Agustus , di tengah protes dari komunitas Muslim lokal , menurut laporan media lokal .
Selama bentrokan tersebut , setidaknya enam warga Muslim dianiaya dan sedikitnya 11 Muslim ditangkap . Orang-orang yang ditangkap dibebaskan kemudian pada hari Senin dan Selasa pekan lalu.
Pada Senin malam Revenue Service merilis sebuah pernyataan tertulis bahwa menara telah dibongkar untuk tujuan pemeriksaan verifikasi bahan konstruksi logam , yang digunakan untuk bangunan menara , untuk dicek deklarasi impornya pada saat kargo diimpor ke Georgia pada 14 Juli .
” Karena berat konstruksi menara dan kode produk yang mungkin saja tidak cocok dengan data , maka [ menara ] telah dibongkar pada 26 Agustus berdasarkan keputusan Revenue Service ., ” kata Revenue Service dalam sebuah pernyataan .
“Alasan Deklarasi impor untuk penghancuran sebuah menara Mesjid adalah sebuah alasan yang mengada-ada”.
Patriarki menuduh apa yang disebut adanya ” kekuatan tertentu ” sebagai pemain utama di balik bentrokan terakhir di Chela , Adigeni.
” Apa yang sekarang terjadi adalah upaya untuk menghasut perselisihan agama – agak mirip dengan proses-proses yang dicoba untuk dikembangkan di [ desa ] Nigvziani , Tsintskaro dan Samtatskaro , ” katanya dalam pernyataannya .
” Kami meminta para pemimpin Muslim di Georgia untuk menentang tindakan provokatif baik di kota Adigeni dan di bagian lain dari Georgia, ” tambah Patriarkat tersebut .
Sejak November 2012 ada beberapa kasus perselisihan agama di tiga desa ketika masyarakat Kristen melarang Muslim untuk melakukan shalat di rumah-rumah yang diubah menjadi masjid .
Insiden tersebut terjadi di Nigvziani di wilayah Georgia barat Guria , Tsintskaro di wilayah Kvemo Kartli dan Samtatskaro di wilayah Kakheti .
Menurut para pemimpin Muslim setempat , jumlah penduduk Muslim di Georgia adalah sekitar satu juta dari total 5 juta populasi .
Mayoritas Muslim mendiami di kota-kota , dan desa-desa yang berbatasan dengan Turki dan Azerbaijan. (OI.Net/KH)