Sumber-sumber keamanan Mesir menyatakan telah menangkap 28 orang anggota organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun. Termasuk di antaranya calon wakil rakyat. Penangkapan itu dilakukan menjelang pemilu Majelis Syuro yang rencananya akan digelar pada 11 Juni mendatang.
Tim pembela hukum Al-Ikhwan mengatakan, “Jumlah anggota Al-Ikhwan yang ditangkap dan dipenjara mencapai 503 orang dalam beberapa pekan menjelang pemilihan anggota Majelis Syuro. ”
Penangkapan ini dilakukan dalam operasi intensif pemerintah Mesir yang ingin melemahkan gerak Al-Ikhwan sebelum pemilihan Majelis Syuro berlangsung. Apalagi, sebelumnya Al-Ikhwan menjadi organisasi paling populer dan mendapat suara terbanyak, untuk wilayah oposisi.
Seorang petinggi keamanan Mesir yang menolak disebutkan identitasnya pada Reuters mengatakan, “Polisi Mesir menangkap calon terpilih Majelis Syuro, Dasuqi Kulaib hari senin sore di kota Thantha, distrik barat Mesir.
Terkait hal ini, Al-Ikhwan sebagai kekuatan oposisi terbesar mengeluarkan pernyataan sikapnya bahwa Kulaib telah ditangkap bersama dua pendukungnya sebelum pemilihan Majelis Syuro. “Polisi menangkap 10 orang anggota Al-Ikhwan di distrik Aljeza, setelah sebelumnya menangkap 15 orang anggota Al-Ikhwan di distrik Qalyubiya, di hari Senin sore. Dengan demikian, jumlah keseluruhan anggota Al-Ikhwan yang ditangkap dan dipenjara dalam beberapa pekan terakhir menjelang pemilihan Majelis Syuro mencapai 503 orang. ”
Dalam pernyataannya Al-Ikhwan juga mengungkapkan bahwa jumlah anggota Al-Ikhwan yang ditangkap dan dipenjara sebelum pembukaan pencalonan untuk anggota majelis Syuro berjumlah 168 orang, dan setelah dibuka pencalonan majelis syuro yang ditangkap sebanyak 335 orang. Tapi angka ini belum mendapat konfirmasi dari pemerintah Mesir sendiri.
“Di balik penangkapan ini, pemerintah ingin menghentikan gerak Al-Ikhwan sebelum mereka memperoleh jumlah suara yang besar sebagaimana dalam pemilu lalu. “Al-Ikhwan dikhawatirkan bisa menjadi ancaman bagi Presiden Husni Mubarak yang berkuasa sejak tahun 1981, ” demikian tulis Reuters. (na-str/iol)