Keamanan Mesir Interogasi Hamas, Tanyakan Keberadaan Ismail Haniyah?

Di mana Ismail Haniyah bersembunyi saat ia menjadi target pembunuhan Israel? Di mana Ghilad Shalit yang sudah berpuluh bulan disekap oleh pejuang Palestina dan tidak kunjung berhasil dideteksi Israel keberadaannya meski Israel telah membombardir Ghaza? Di mana tempat penyimpanan senjata pejuang Palestina?

Inilah sebagian pertanyaan yang dilontarkan oleh para interogator keamanan Mesir terhadap sejumlah tokoh Palestina yang mereka tangkap saat perbatasan Rafah jebol dan banyak penduduk Palestina memasuki Mesir. Interogasi yang dilakukan hanya fokus pada pertanyaan yang mengarah untuk membongkar rahasia kekuatan Hamas selama ini.

Shabir Drimly, staf PM Palestina Ismail Haniyah sempat ditangkap di Mesir saat ia ingin membeli sejumlah perbekalan keluarganya. Ia ditangkap di perbatasan dan ditanya tentang Hamas, khususnya tentang keberadaan para pemimpin Hamas, tempat penyimpanan senjata, pola perjuangan mereka dalam menghadapi serangan Israel, dan lebih khusus lagi soal di mana lokasi kopral Israel Ghilad Shalit yang ditahan oleh Hamas bersama anasir perjuangan Palestina lainnya.

Shabir memberikan persaksian kepada Islamonline, bagaimana ia selama 35 hari setelah ditangkap melihat ragam penyiksaan yang begitu kasar. Para interogator yang menangkapnya, memburunya untuk menjawab ragam pertanyaan internal Palestina, khususnya yang terkait dengan PM Palestina Ismail Haniyah asal Hamas.

Shabir mengatakan, “Mereka bertanya tentang Haniyah dan gerak geriknya. Di mana Haniyah bersembunyi saat mendapat ancaman pembunuhan. Juga tentang nama-nama orang yang ada di lingkar 1 dan lingkar 2 Haniyah, nomor telepon genggamnya, kebiasaan dan peran Haniyah dan lainnya.”

Menurut Shabir, ia juga ditanyai tentang nama-nama orang yang sering bertemu Haniyah, tentang laporan terpenting yang dikeluarkan Haniyah kepada sayap militernya, juga terkait perbedaan pendapatnya dengan sejumlah tokoh pimpinan Hamas seperti Mahmud Zahar.”

Selama proses interogasi juga ditanyakan hal-hal terkait tempat-tempat penyekapan kopral Zionis Israel Ghilad Shalit yang hingga kini tak berhasil dilacak keberadannya oleh Israel.

Pertanyaan-pertanyaan yang mendetail terus diajukan kepada Shabri, seperti kebiasaan dan aktivitasnya di Brigade Al-Qassam, tempat-tempat penjagaan di Ghaza, cara menghadapi serangan Israel, jalur informasi pada pimpinan Al-Qassam dan pergerakan mereka. Para interogator Mesir juga menanyakan, tempat penyimpanan senjata milik Hamas dan berbagai elemen perjuangan Palestina lainnya.

Dalam menjawab pertanyaan itulah, Shabri dan sejumlah orang Palestina lainnya mengalami penyiksaan yang berat. “Kami berada di jeruji keamanan Mesir dan di situ kami mulai mendapat siksaan dan pukulan hingga sengatan listrik, ” ujarnya.

Di penjara itu, ujar Shabri, juga terdapat tahanan yang paling muda, yakni seorang bocah Palestina berusia 10 tahun bernama Jamel Abed. Tidak begitu jelas kenapa ia bersama ayahnya ditangkap dan dipenjara oleh keamanan Mesir selama 24 hari dan menyaksikan penyiksaan berlangsung di depan matanya. Penjara itu, menurut Shabri, tidak menyediakan air maupun tempat buang air besar dan kecil. “Para tahanan menunaikan hajat mereka di dalam ruang berkaca termasuk tempat mereka mendapatkan makanan setiap hari satu kali, ” tandasnya.

Kini, keamanan Mesir telah membebaskan mayoritas tahanan itu. Terakhir, ada 51 orang tahanan yang dilepas dalam dua pekan. Sisanya masih sekitar 36 orang yang kebanyakan adalah anggota Hamas. (na-str/iol)