Keamanan Italia Tuding Masjid Perugia Sebagai Markas Latihan Teroris

Kehidupan sekitar 10 ribu Muslim Italia terusik. Keamanan Italia menangkap tiga orang Maroko dengan tuduhan mereka adalah pengelola “kamp pelatihan terorisme” di masjid yang terletak di kota Perugia, Italia.

Para tertuduh dianggap memiliki aktivitas yang mirip dengan organisasi Al-Qaidah. Namun demikian imam masjid di wilayah itu menolak bila masjidnya dianggap sebagi kamp pelatihan para teroris. Ia mengatakan, “Mereka hanya orang-orang yang kerap berdebat secara pembicaraan saja tentang kondisi dunia Islam. ”

Sementara itu, kepala anti teroris Italy, Carlo de Stefano mengatakan, pihaknya telah menemukan “sekolah teroris” dan menangkap tiga orang tertuduh, yakni salah satu imam masjid, dan dua orang jamaah masjid. Pihak keamanan masih mengejar satu orang tertuduh lain yang kini statusnya buron.

Dijelaskan bahwa latar belakang penangkapan, karena mereka menggunakan Masjid Ponte Felcino di Perugia, “sebagai kamp militer atau sekolah pelatihan terorisme internasional”.

Para intel dikabarkan telah memantau kondisi masjid sejak dua tahun terakhir. “Jaringan yang berhasil diungkap adalah mereka mempunyai kaitan dengan arus jihad dan mungkin terkait dekat dengan Al-Qaidah, ” ujar salah satu sumber intelejen Perancis.

Bukan hanya itu, bahkan disebutkan pula mereka menemukan sejumlah materi kimia beracun yang bisa diledakkan dengan menggunakan remote control.

Sumber kepolisian juga mengatakan, bahwa para tertuduh itu mencari informasi terkait produksi senjata dan penggunaan senjata, pembuatan campuran kimia beracun, cara sampai ke lokasi serangan, surat menyurat dan struktur penerbangan boing 747. Semua hal itu diperoleh melalui internet.

Dari informasi itu, polisi meyakini bahwa “ada pelatihan berkelanjutan untuk melakukan aksi terorisme di masjid. ”

Menteri Dalam Negeri Italia Guiliano Amato menyambut penangkapan tersebut. Ia mengatakan, kemungkinan para tertuduh itu memang menggunakan masjid untuk menyebarkan provokasi dan kekacauan besar. Aksi ini menurutnya menyingkap lebih jauh upaya pengarahan dan pemantauan yang lebih ketat terhadap masjid-masjid yang melakukan aktivitas yang tak terkait dengan agama.

Namun demikian Abdul Qadir, sang Imam Masjid di Perugia membantah bila ia dan jamaah masjidnya dianggap berbahaya. Ia mengatakan, “Secara umum mereka memang kelompok yang terisolir. Mereka melakukan kecaman terkait kondisi internasional Islam. Tapi itu hanya sebatas perkataan saja. Kami percaya dengan keadilan yang akan diberlakukan di sini. Bila ada di antara mereka melakukan kesalahan, biar mereka membayar kesalahan yang dilakukannya. ” (na-str/iol)