Para pejabat di kemiliteran AS enggan memberikan komentar seputar kasus pembunuhan yang dilakukan anggota marinir AS terhadap satu keluarga di Irak, yang terjadi pada 19 November 2005.
Kasus ini mengemuka setelah John Murta, mantan anggota senior marinir AS yang pernah bertugas di Vietnam dan kini menjadi anggota Kongres dari Pennsylvania membuat pernyataan bahwa pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja, ketika pasukan marinir AS itu sedang mencari para pejuang Irak setelah seorang anggotanya tewas akibat ledakan bom yang dipasang di jalan.
"Pasukan kita merespon peristiwa itu secara berlebihan karena tekanan yang mereka alami, sehingga mereka membunuh warga sipil tak berdosa dengan darah dingin," kata Murta. Ia menyatakan, begitulah hasil penyelidikan yang dilakukan atas kasus tersebut,
sekaligus mematahkan keterangan yang pernah diberikan militer AS bahwa keluarga Irak itu tewas karena terjebak dalam sebuah baku sebuah baku tembak antara pasukan AS dan pejuang Irak.
Majalah Time juga pernah melakukan investigasi atas peristiwa ini. Hasil penyelidikan majalah itu menyebutkan sekitar 30 warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita tewas ketika pasukan AS masuk ke sebuah rumah dan memuntahkan tembakan.
Sejumlah aktivis hak asasi manusia mengatakan, jika tuduhan itu terbukti, peristiwa itu akan menjadi peristiwa paling buruk dalam kasus pembunuhan yang dilakukan secara sengaja terhadap warga sipil Irak sejak invasi AS ke negeri itu tahun 2003.
Pejabat militer yang dimintai konfirmasinya memilih tutup mulut, menunggu sampai laporan hasil penyelidikan selesai. Namun belum tahu kapan laporan itu akan diumumkan. Letnan Kolonel Sean Gibson, juru bicara Komando Pusat Pasukan AS mengatakan,
penyelidikan masih dilakukan, sehingga tidak selayaknya komentar-komentar diberikan sekarang karena akan mengganggu proses penyelidikan serta proses hukum.
Setidaknya tiga panglima marinir dan sejumlah tentaranya terlibat dalam peristiwa itu kini sedang menjalani proses investigasi. Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld pada saluran-saluran berita AS mengatakan, sedang dilakukan penyelidikan secara menyeluruh dan penyelidikan akan dilakukan ‘sesuai peraturan yang berlaku.’ (ln/aljz)