Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, akhirnya memenuhi tuntutan dari kelompok ulama konservatif untuk menghentikan siaran yang “tidak Islami” berupa film dan siaran. Ia mengeluarkan peraturan ini sebagai langkah untuk meredam perdebatan sebelum pemilihan presiden tahun depan .
Majelis Ulama Afghanistan mengeluh kepada Karzai bahwa “banyak stasiun TV menyiarkan hal yang vulgar dan menyiarkan yang tidak bermoral, yang bertentangan dengan kepentingan nasional dan nilai-nilai Islam”.
Karzai mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Pelayanan informasi dan budaya harus mencegah [saluran televisi] dari penyiaran program yang vulgar, cabul dan tidak Islami dan bertentangan dengan moralitas sosial.”
Selama satu dekade terakhir Afghanistan telah mengalami ledakan komunikasi,, yang sebelumnya siaran televisi dilarang selama pemerintahan Taliban . Kemudian dengan masuknya pengaruh barat dalam pemerintahan saat ini , banyak stasiun TV yang didanai oleh pemerintah Barat, sekarang ada puluhan saluran televisi yang beroperasi di negeri ini, dan di kota Kabul saja sudah sekitar 36 stasiun TV.
Rafi Ferdous, seorang juru bicara pemerintah, mengatakan, pihaknya akan menghentikan siaran acara televisi dan film-film yang “melawan norma-norma masyarakat kita, nilai-nilai dan fundamental Islam”. Tapi selain menyebutkan film Bollywood – ia juga menyebut hip-hop musik India .
Mengantisipasi kemarahan dari pemirsa dan pemantau hak asasi, Ferdous menekankan bahwa pemerintah menghormati “kebebasan media , tapi juga harus sesuai dengan petunjuk dari konstitusi Afghanistan di mana norma-norma sosial, nilai-nilai dan fundamental agama adalah alasan dasar yang harus dihormati oleh semua orang”. (Guardian/Dz)