Sampai detik ini, kematian Baitullah Mehsud-pimpinan Taliban di Pakistan-masih menjadi teka-teki. Sumber-sumber di kalangan Taliban mengatakan, bahwa berita kematian Mehsud adalah permainan agen intelejen Pakistan dan AS untuk menghancurkan moral para pejuang Taliban. Di sisi lain, pakar terorisme mengatakan kematian Mehsud bukan jaminan serangan-serangan teror akan berakhir.
BBC mengutip pernyataan seorang komandan kelompok militan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa berita kematian Mehsud sengaja dihembuskan dan hasil konspirasi antara ISI (Pakistani Intelligence Service) dan FBI. "Kami tahu apa yang diinginkan musuh-musuh kami, ISI dan FBI menginginkan agar pimpinan kami menampakkan diri sehingga mereka bisa betul-betul mengenali target mereka," kata komandan tadi.
Orang dekat Mehsud, Nour Syed mengklaim bahwa Mehsud masih hidup tapi mengalami luka parah dan Taliban saat sedang menyiapkan diri untuk memilih pemimpin baru. Tapi, Mendagri Pakistan Rahman Malik menantang Taliban untuk memberikan bukti bahwa Mehsud masih hidup. Mendagri Pakistan sudah memastikan bahwa Mehsud sudah tewas dalam serangan misil militer AS yang juga menewaskan bapak mertua dan isteri kedua Mehsud.
Meski demikian, sejumlah analis politik sepakat bahwa jika benar Mehsud sudah tewas, maka Taliban Pakistan akan mengalami krisis kepemimpinan. "Siapa pun yang terpilih sebagai penerus Mehsud, saya pikir tidak akan mampu untuk mejembatani gap yang akan muncul akibat tewasnya Mehsud," kata Brigadir Mahmud Shah, analisis senior bidang keamanan dan mantan menteri pemerintahan adiministrasi federal untuk wilayah pedalaman.
Menurut Shah, Mehsud adalah seorang pimpinan yang lahir secara alami. "Karisma dan kemampuannya bernegosiasi sudah mengurat akar dan memberikan kekuatan bagi gerakan Taliban di Pakistan," ujar Shah.
Tiga tahun yang lalu, Pakistan dan dunia tidak terlalu mengenal nama Baitullah Mehsud. Nama Mehsud mulai muncul di surat-surat kabar dalam kasus penculikan para teknisi asal China tiga tahun yang lalu. Baitullah disebut-sebut sebagai kaki tangan Abdullah Mehsud, mantan tawanan Guantanamo yang kemudian menjadi komandan Taliban di Pakistan.
Nama Baitullah Mehsud mulai menjadi perhatian publik setelah sebuah surat kabar Inggris mengutip pernyataan beberapa pimpinan lokal Taliban di Pakistan yang mengatakan bahwa Baitullah Mehsud mengancam akan membunuh Benazir Bhutto-mantan perdana menteri Pakistan-jika Benazir kembali dari pengasingan.
Bhutto memang tewas dibunuh saat kampanye di Karachi dan pemerintah serta intelejen AS menuding Mehsud sebagai dalang pembunuhan itu. Mehsud membantahnya dan menuding AS serta militer Pakistan sengaja mengkambinghitamkannya untuk menutupi keterlibatan AS dan militer Pakistan dalam pembunuhan itu.
Lebih lanjut Shah mengatakan, Baitullah Mehsud lebih cakap dari pendahulunya, Abdullah Mehsud yang akhirnya terbunuh pada tahun 2007 saat pertempuran dengan aparat keamanan Pakistan. "Baitullah tahu bagaimana harus bergerak. Ketika lemah, ia bangkit kembali laksana seorang jenderal yang baru selesai berlatih. Ketika merasa lebih kuat, ia kembali melambung," tutur Shah.
Analis bidang keamanan lainnya, Rahimullah Yusufzai mengatakan, kematian Mehsud bukan akhir dari gerakan militan di Pakistan. "Memang, kematian Mehsud bisa menjadi pukulan serius bagi gerakan Taliban. Tapi tidak bisa disebut sebagai akhir dari gerakan Taliban di Pakistan," kata Yusufzai.
"Kalau Mehsud tewas, Mehsud-Mehsud lainnya akan muncul. Dan Taliban akan tetap eksis kecuali jika akar persoalan yang ada ditangani dengan serius," sambungnya.
Meski nasib Mehsud masih menjadi teka-teki dan kontroversi, gerakan Tarik-e-Taliban Pakistan menyatakan sudah memiliki sejumlah calon pengganti Mehsud antara lain deputi yang juga kerabat Baitullah Mehsud, Hakimullah Mehsud. Kemudian ada dua nama lainnya yaitu Maulvi Azmatullah dan Mualvi Wali Rehman.
Tapi analis keamanan, Mahmud Shah pesimis dengan para kandidat pengganti Mehsud. "Di tangan mereka, Taliban tidak akan sama lagi," tukasnya. (ln/prtv/iol)