Setelah Muslim Inggris, giliran Muslim Italia yang digoyang kampanye larangan memakai cadar. Mereka khawatir, kampanye larangan bercadar yang dihembuskan oleh partai sayap kiri Lega Nord, akan meluas sehingga jilbab pun akan ikut-ikutan dilarang.
Para pemuka Islam di negeri Pizza itu mengecam Lega Nord yang mereka anggap mengurusi hal-hal yang tidak penting, karena Muslimah yang mengenakan cadar di Italia jumlahnya sangat sedikit.
"Beberapa lingkaran dan kelompok politik sedang berusaha menimbulkan persoalan yang berkaitan dengan Islam, agar dapat menyerang dan menarik perhatian kalangan yang netral di Italia," kata Ali Abu Shwaima, Imam masjid dan kepala Islamic Center di Milan.
"Kami tidak punya maksud membantu mereka melakukan hal itu dengan menanggapi isu-isu yang mereka angkat," sambungnya seperti dikutip Islamonline.
Imam Abu Shwaima mengatakan, warga minoritas Muslim berusaha untuk tidak melayani perdebatan tersebut. "Di Italia, tidak ada hukum yang melarang jilbab atau cadar, makanya tidak perlu menanggapi sesuatu yang tidak ada, karena hanya akan makin memperkuat penentangan," imbuhnya.
Belakangan ini, jilbab dikait-kaitkan dengan teror dan anti-integrasi di kalangan masyarakat Italia, terutama di kota Milan, yang menjadi basis partai Lega Nord dalam mengkampanyekan anti-cadar.
Anggota partai itu, pekan kemarin membagi-bagikan selebaran anti-cadar di kawasan San Babila di Milan. Mereka membagi-bagikan selebaran itu sambil menutup wajah mereka, untuk memperjelas maksud mereka.
Bukan Prioritas
Bagi warga Muslim Italia yang jumlahnya hanya sekitar 1,5 juta orang, isu cadar yang dibesar-besarkan itu bukan persoalan penting, oleh sebab itu perdebatannya mereka anggap tidak perlu diperuncing.
"Karena cadar bukan kewajiban, kami menyarankan para Muslimah untuk tidak mengenakannya agar tidak membuat panas perdebatan yang terjadi saat ini," ujar Imam Abu Shwaima.
Para cendikiawan Muslim, mayoritas juga berpendapat bahwa cadar bukan kewajiban bagi para Muslimah. Tapi penggunaannya diserahkan pada pribadi masing-masing.
Hamza Piccardo, sekretaris organisasi Muslim Eropa-diketuai Tariq Ramadan- yang juga menjabat juru bicara majelis Syuro komunitas Muslim di Italia berpendapat sama. Ia menyarankan para Muslimah untuk tidak mengenakan cadar.
"Kami akan membela jilbab dan tidak membela pilihan yang ekstrim yang tidak diwajibkan bagi semua orang," ujar Hamza.
Ia menambahkan, komunitas Muslim di Italia tidak mau buang-buang waktu dan energi mempersoalkan dan memperdebatkan masalah cadar. Yang jadi prioritas mereka adalah bagaimana menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang umum mereka hadapi di Italia.
Meski demikian, Nadera, Muslimah asal Maroko yang sudah tinggal di Italia selama enam tahun, menolak segala bentuk pembatasan terhadap kebebasan individu.
"Mengenakan cadar atau tidak ada sebuah pilihan. Saya sendiri tidak mengenakannya karena saya tidak meyakininya, tapi saya juga tidak menentangnya," kata Nadira yang merasa sudah cukup nyaman dengan mengenakan jilbab saja. (ln/iol)