KAMMI Bandung: Masalah Rohingya Bukan Sekedar Soal Agama Juga HAM

KAMMI Bandung: Masalah Rohingya Bukan Sekedar Soal Agama Juga HAM

Kekerasan yang dialami etnis Rohingnya di Myanmar dinilai mahasiswayang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) bukan sebatas persoalan umat Muslim saja, tetapi persoalan umat manusia. Sebab etnis Rohingnya, meskipun mayoritas Muslim, mengalami penindasan HAM atau kemanusiaan.

“Rohingnya bukan soal agama tetapi sudah menyangkut perampasan HAM, perampasan hak hidup orang banyak,” kata Ketua Umum KAMMI Bandung, Irfan Ahmad Fauzi, di sela aksi solidaritas untuk Rohingnya di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Rabu (1/8/2012).

Dalam konteks hukum HAM Internasional, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, kebebasan pribadi, menyampaikan pikiran, dan beragama, dilindungi negara. Hak itu diatur dalam Universal Declaration of Human Rights 1948.

“Tindakan terhadap etnis Rohingnya adalah bentuk pelanggaran HAM berat terhadap kemanusiaan,” tegasnya.

Sehingga, masalah Rohingnya sebenarnya menjadi tanggung jawab dunia, khususnya bagi Indonesia. Rohingnya juga harus menjadi perhatian semua mahasiswa di Indonesia supaya turun ke jalan menyatakan sikapnya.

KAMMI juga menuntut Indonesia bisa menjadi leader dalam mengatasi persoalan kemanusiaan yang dialami etnis Rohingnya, terlebih Indonesia memiliki falsafah bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan.

“Jadi dengan falsafah ini harus Indonesia punya peran lebih besar lagi,” tukasnya.

Untuk itu, KAMMI juga akan menjalin koordinasi dengan elemen mahasiswa lain, termasuk lembaga dawah kampus (LDK) se-Bandung terkait etnis Rohingnya ini.

“Ini bukan langkah terakhir kita. Kita juga kemungkinan akan menggalang dana sebagai triger bagi pemerintah supaya melakukan hal serupa,” katanya.

Dalam aksi yang digelar di Gedung Sate tersebut, mahasiswa menggelar aksi teatrikal. Dua orang mahasiswa yang berperan sebagai orang Rohingnya. Tubuhnya penuh dengan perban bekas siksaan.

Aksi ini berjalan tertib, meski tetap mendapat kawalan dari kepolisian. Rencananya, Jumat 4 Agustus mendatang mahasiswa se-Bandung Raya akan kembali turun ke jalan dengan jumlah massa yang lebih besar.

Irfan mengungkapkan, etnis Rohingnya minoritas Muslim di Provinsi Arakan, Myanmar, berbatasan dengan Bangladesh. Populasinya 1 juta jiwa.

Ratusan ribu warga Rohingnya hidup dalam pengungsian di berbagai negara, seperti Bangladesh, Timur Tengah, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Australia.

Sejak Myanmar merdeka pada 1948, warga Rohingnya terus menerus ditindas dan tidak diakui sebagai bagian dari 137 etnis yang ada di Myanmar. Padahal, menurut sejarah, etnis Rohingnya sudah ada di Myanmar sejak abad ke-7 masehi, jauh sebelum Burma/Myanmar berdiri.(fq/okezone)