Kalangan Akademisi di Inggris Tolak Mata-Matai Mahasiswa Muslim

Asosiasi yang beranggotakan kalangan akademisi di Inggris, University and College Union (UCU) menyatakan menolak kebijakan pemerintah agar mereka memata-matai mahasiswanya, terutama mahasiswa yang Muslim.

Surat kabar Daily Telegraph edisi Selasa (29/5) melaporkan, asosiasi ini mengeluarkan mosi untuk menegaskan penolakan itu, yang disepakati saat konferensi tahunan UCU hari Selasa kemarin. Mosi itu menyebutkan bahwa 1. 200 akademisi di Inggris yang menjadi anggota UCU tidak akan memata-matai mahasiswanya yang Muslim, karena tindakan itu merupakan tindakan rasial anti-Muslim.

Para akademisi ini juga menegaskan kembali, bahwa mereka menentang segala bentuk tindakan memata-matai siswa dan staff berdasarkan etnisnya, untuk tujuan keimigrasian dan alasan keamanan. Mereka mengecam upaya pemerintah yang ingin memanfaatkan para anggota UCU untuk melakukan aktivitas mata-mata.

Gerakan para akademisi yang tergabung dalam UCU ini sebagai respon dari kebijakan kementerian pendidikan Inggris yang dikeluarkan pada bulan November 2006. Kementerian pendidikan meminta para dosen dan staff di universitas-universitas untuk mengintai mahasiswanya yang Muslim, karena adanya "ektrimisme Islam" di kampus-kampus.

Dalam dokumen sepanjang 20 halaman, kementerian pendidikan Inggris meminta pihak universitas di seluruh negeri untuk secara pro aktif melaporkan mahasiswa-mahasiswanya yang dicurigai terlibat dalam kegiatan-kegiatan "ekstrimis" ke kantor-kantor polisi di masing-masing wilayah.

Kebijakan itu menuai kritik dari warga Muslim, antara lain dari organisasi Federasi of Student Islamic Societies (FOSIS) yang mewakili sekitar 90 ribu mahasiswa Muslim di Inggris. Mereka menyatakan bahwa tidak bukti adanya gerakan-gerakan ektrimisme di kampus-kampus.

UCU sendiri menilai kebijakan itu hanya memicu makin meningkatnya sikap Islamofobia di Inggris. "Rasis dan kecenderungan ketakutan terhadap orang asing secara tidak langsung sedang dipromosikan lewat kebijakan-kebijakan pemerintah, " kata sejumlah akademisi.

Menurut mereka, langkah-langkah pembatasan dan pernyataan-pernyataan yang bernuansa menimbulkan ketakutan, telah menyebabkan meningkatnya serangan-serangan berbau rasial terhadap warga Muslim. UCU menegaskan bukan cara seperti itu yang harus digunakan untuk mengalahkan terorisme. (ln/iol)