Livni dan Netanyahu Klaim Menangi Pemilu Israel

Partai Kadima untuk sementara menang dalam pemilu Israel yang digelar Selasa kemarin dan Tzipi Livni sudah mendeklarasikan kemenangannya meski perolehan suara partainya beda tipis dengan Partai Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu.

Dari hasil penghitungan suara sementara, Partai Kadima sudah berhasil merebut 28 kursi dari 120 kursi parlemen Israel. Sedangkan Partai Likud mendapat 27 kursi. Partai Buruh pimpinan Ehud Barak (Menhan Israel) mendapat 13 kursi dan Partai Yisrael Beitenu pimpinan Avigdor Lieberman sudah mendapatkan 15 kursi.

Pemilu Israel yang melibatkan 5,2 juta pemilih, digelar hari Selasa kemarin dengan penjagaan keamanan yang sangat ketat. Penghitungan suara hasil pemilu Israel disiarkan langsung oleh tiga televisi; Channel 1, Channel 2 dan Channel 10. Semuanya menunjukkan bahwa Partai Kadima pimpinan Livni unggul dalam perolehan suara disusul oleh Partai Likud di posisi kedua.

Meski unggul, Partai Kadima harus mengumpulkan 61 kursi parlemen sebagai syarat untuk membentuk pemerintahan dan itu artinya Livni harus berjuang keras membentuk koalisi di parlemen. "Kadima dan Livni tidak bisa membentuk pemerintahan. Sekitar dua atau tiga bulan yang lalu, Livni mencoba menggalang koalisi dengan Partai Buruh tapi gagal," kata Yuval Steinitz, anggota parlemen Israel dari Likud.

Meski demikian, baik Livni maupun Netanyahu sudah mengklaim diri mereka masing-masing sebagai pemenang dan akan menjadi perdana menteri Israel yang baru.

"Hari ini, rakyat telah memilih Kadima, kami akan membentuk pemerintahan baru yang dipimpinan Kadima," kata Livni mendeklarasikan kemenangan partainya. Ia juga mengajak Netanyahu untuk bergabung dengan partainya, membentuk pemerintahan nasional bersatu, dengan Livni sebagai perdana menterinya.

Sama dengan Livni, Netanyahu juga menyatakan kemenangan Partai Likud begitu penghitungan sementara menunjukkan perolehan suara partainya beda tipis dengan Partai Kadima. Netanyahu mendeklariskan dirinya sebagai perdana menteri Israel selanjutnya karena partai Kadima tidak memiliki cukup suara untuk menjadi partai mayoritas untuk membentuk pemerintahan.

"Dengan bantuan Tuhan, saya akan memimpin pemerintahan selanjutnya," kata Netanyahu.

Pimpinan Partai Buruh, Ehud Barak dalam pidatonya Selasa malam menyatakan menerima kekalahannya dan menegaskan bahwa ia akan melakukan lobby untuk mengubah sistem politik di Israel. "Kita tidak bisa melanjutkan sistem seperti ini lagi. Anda tidak bisa memiliki pemerintahan yang terdiri dari banyak partai, yang membutuhkan kompromi-kompromi bahkan dalam level yang ekstrim," tukas Barak.

Mantan Menlu Israel Shlomo Ben-Ami juga mengkritik sistem politik Israel yang berlaku saat ini. Menurutnya, sistem ini menjadi batu sandungan dalam memecahkan berbagai persoalan Israel, termasuk konflik dengan Palestina dan dunia Arab.

Sikap Hamas

Mengomentari hasil pemilu Israel yang didominasi Partai Likud dan Partai Kadima, Hamas menyatakan partai apapun yang menang tidak akan membawa perubahan terhadap Hamas, karena kedua partai tersebut sama-sama memusuhi Hamas.

"Kedua Partai itu berusaha menumbangkan Hamas dan memusuhi rakyat Palestina," kata Osama Hamdan, pejabat senior Hamas di Beirut, Libanon.

Bedanya, kata Hamdan, Netanyahu dan partai kelompok kirinya memusuhi rakyat Palestina dan Hamas dengan prinsip bahwa rakyat Palestina dan Hamas tidak boleh dibela dan dipertahankan. Sedangkan Livni melakukannya dengan cara yang lebih halus sehingga mendapat simpati dari AS dan negara-negara Barat.

"Cuma itu perbedaan Kadima dan Likud. Tapi ketika kita bicara soal isu-isu Palestina, proses perdamaian, hubungan antara rakyat Israel dan rakyat Palestina, mereka sama saja," tukas Hamdan.

Pendapat serupa dilontarkan Najib Shurab, profesor ilmu politik di universitas Gaza. Menurutnya, kedua partai itu berada dalam satu blok dalam masalah Palestina. "Kedua Partai akan melanjutkan serangannya ke Gaza dan kemungkinan tidak akan menghormati kesepakatan-kesepakatan dengan Palestina," kata Shurab pada Jerusalem Post.

Sementara itu, surat kabar Al-Quds al-Arabi memuat kartun gambar burung merpati lambang perdamaian dengan posisi kedua sayapnya terikat, terbang di atas kotak pemilu. Kartun menyindir hasil pemilu di Israel, dimana para kandidat-kandidatnya hampir semua mengeksploitasi darah rakyat Palestina dalam kampanyenya demi mendapatkan dukungan suara dari rakyat Israel.

"Likud pimpinan Netanyahu, Israel Beiteinu pimpinan Lieberman berusaha membuat para pemilih di Israel menjadi radikal dengan mengedepankan seruan pembunuhan, tirani dan dilanjutkannya blokade terhadap Gaza," kata seorang pengamat Arab dalam opini yang ditulisnya. (ln/berbagai sumber)