Bagheri menekankan bahwa aksesi Iran ke pakta politik, ekonomi dan keamanan Organisasi Kerjasama Shanghai yang dipimpin China dan Rusia pekan lalu menandai kebangkitan kekuatan baru di kawasan itu pada saat yang sama ketika hegemoni AS sedang terkikis.
“Kekuatan perjanjian ini menunjukkan adanya kutub-kutub kekuatan lain yang muncul dan terus-menerus memperoleh kekuatan di panggung dunia seiring dengan merosotnya kekuatan Amerika,” paparnya.
Komandan militer itu menyatakan nasib pemerintah Afghanistan pro-AS dan peristiwa lainnya menunjukkan bahwa masa depan yang sama juga menunggu rezim Zionis, yaitu Israel.
“Sementara Tel Aviv membuat ancaman terhadap Teheran dari waktu ke waktu, mereka tahu betul bahwa setiap serangan terhadap wilayah dan kepentingan Republik Islam akan menghadapi tanggapan tegas dari Iran. Bahkan perlawanan oleh kelompok-kelompok yang terkepung di Gaza seperti Hamas dan Jihad Islam tak tertahankan bagi mereka,” imbuh Bagheri.
Iran telah menaruh perhatian besar pada peristiwa di Afghanistan setelah penarikan pasukan AS dan runtuhnya pemerintah Kabul, meningkatkan keamanan perbatasan dan mengirimkan peraba diplomatik ke Taliban—yang memiliki sejarah hubungan buruk dengan Taliban. Teheran telah berulang kali menekankan bahwa tujuannya termasuk penciptaan pemerintah inklusif di Afghanistan yang mencerminkan komposisi etnis dan demografis negara itu.
Pada bulan Agustus, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengundang semua kelompok di Afghanistan untuk mencapai kesepakatan nasional, dan menekankan bahwa kekalahan Amerika dan penarikannya harus menjadi kesempatan untuk memulihkan kehidupan, keamanan, dan perdamaian yang tahan lama di negara yang dilanda perang itu. (sindo)