Jumlah Peserta Pemilu Mesir Rendah, Akibat Boikot dan Unjuk Rasa

Krisis ekonomi yang melanda Mesir menyebabkan keikutsertaan masyarakat Negeri Piramida itu dalam pemilu lokal, sangat rendah. Pelaksanaan pemilu lokal kali ini, dibayang-bayangi oleh boikot kelompok oposisi Ikhawanul Muslimin dan aksi unjuk rasa rakyat Mesir akibat harga-harga kebutuhan hidup yang terus merangkak naik.

Dari 52 ribu kursi dewan yang diperebutkan, hanya 30 persen yang benar-benar diperebutkan dalam pemilu lokal yang berlangsung Selasa (8/4). Beberapa hari sebelum pelaksaan pemilu, Ikhwanul Muslimin menyatakan menarik diri dari keikutsertaan pemilu dan menyerukan rakyat Mesir untuk memboikot pemilu. Ikhwanul Muslim kecewa, karena banyak kandidatnya yang didiskualifikasi dan sengaja dijebloskan ke penjara oleh otoritas Mesir.

Di wilayah Mahalla el-Kobra, Delta Nil, pemungutan suara terpaksa ditunda akibat bentrokan antara aparat kepolisian Mesir dengan sekitar 7.000 pengunjuk rasa yang terjadi pada hari Senin. Para pengunjuk rasa yang kebanyakan para buruh pabril tekstil di Mahalla itu, melempari polisi dengan batu. Dalam bentrokan tersebut, polisi Mesir menangkap 300 orang termasuk seorang juru kamera Al-Jazeera dan asistennya.

Sejak aksi-aksi massa berlangsung di sejumlah kota di Mesir, korban luka-luka mencapai 90 orang. Sedangkan korban tewas satu orang, seorang remaja laki-laki yang terkena peluru karet dari jarak dekat dalam aksi unjuk rasa di Amr el-Kahky.

Perdana Menteri Mesir berusaha mengendalikan situasi di Mahalla dengan menawarkan bonus setiap bulan pada para buruh dan berjanji akan merespon tuntutan mereka soal besaran gaji dan jaminan kesehatan. "Kami tahu Mahalla menderita dan kalian sudah mengalami banyak krisis, " kata PM Mesir Ahmed Nazif pada para buruh di pabrik tekstil milik pemerintah yang mempekerjakan sekitar 25 ribu orang.

Sebagian buruh menyambut positif janji Nazif, sebagian lagi bersikap skeptis. "Apa yang dikatakan Nazif, sudah pernah kita dengar sebelumnya. Apanya yang baru? Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana menderitanya kita di sini, " kata Rashad Fathi, seorang buruh pabrik. Fathi mengatakan, gajinya yang cuma 34 dollar per-bulan tidak cukup untuk memberi makan empat anak-anaknya.

Kantor berita Mesir, Mena melaporkan, untuk mengantisipasi situasi keamanan akibat aksi-aksi unjuk rasa, kementerian dalam negeri memperketat keamanan dengan mengerahkan aparatnya ke kota-kota di luar Kairo selama pemilu lokal berlangsung.

Aksi-aksi unjuk rasa nampaknya belum akan berakhir di Mesir. Dalam situs jaringan pertemanan Facebook muncul ajakan untuk menggelar aksi unjuk rasa yang lebih besar pada tanggal 4 Mei mendatang. "Kita telah sukses pada 6 April, ayo kita lakukan lagi pada tanggal 4 Mei, " demikian pesan yang tertulis di Facebook. (ln/aljz)