Jumlah Korban Konflik Antar Sekte di Irak Mendekati 400 Orang

Irak masih memanas. Peristiwa kontak senjata dan bom masih tetap terjadi di saat pemerintah Irak telah menetapkan status kondisi darurat keamanan paska peledakan lokasi yang disucikan kaum Syiah, Makam Imam Ali Al-Hadi, di Samarra beberapa waktu sebelumnya.

Menurut polisi Irak, minimal 25 orang tewas akibat kontak senjata dan 40 orang lainnya tewas akibat ledakan bom mobil di dekat masjid Syiah, dan pasar di sisi utara Bagdhad, Selasa (28/2). Dalam peristiwa lainnya, seorang warga Irak juga tewas dan sepuluh orang lainnya terluka dalam serangan mortir yang jatuh di perkampungan Alkazimiya, Utara Baghdad. Tidak hanya itu, korban tewas juga jatuh akibat meledaknya dua buah bom mobil pada saat bersamaan di Baghdad. Dalam tragedi itu, tercatat 30 orang warga Irak tewas dan 130 lainnya luka-luka.

Departemen Dalam Negeri Irak melaporkan ada 16 orang yang tewas dan 18 orang terluka dalam ledakan bom mobil di Pasar Arkheta di wilayah Kredah. Ledakan bom mobil juga terjadi di jalanan umum Baghdad Baru. Akibatnya, 24 orang tewas dan 118 orang lainnya terluka.

Menurut Departemen Pertahanan Irak, dalam satu pekan terakhir, telah tewas 330 orang di Baghdad. Sementara total warga Irak yang tewas paska peledakan makam Imam Ali Al-Hadi di Samarra, mencapai 379 orang. Meskipun demikian PM Irak Ibrahim Al-Ja’fari menegaskan konflik antar sekte Syiah dan Sunni di Irak itu tidak akan merubah jadwal pembentukan pemerintahan baru di Irak. Ia mengatakan hingga saat ini, pihak keamanan Irak telah mampu menetapkan situasi Irak ‘di bawah kendali’. “Rangkaian peristiwa yang memprihatinkan belakangan ini di Irak adalah aktivitas terorisme murni yang disengaja. Tapi pemerintah tetap mampu memimpin rakyat Irak untuk bersatu,” ujarnya usai bertemu dengan PM Turki, Recep Tayep Ordogan.

Namun demikian, sejumlah media melansir situasi jalanan Irak yang kini banyak dikuasai oleh kelompok bersenjata Irak. Di sejumlah jalan kerap terjadi pemeriksaan identitas baik oleh polisi maupun kelompok bersenjata. Seorang supir Irak yang bekerja di Lembaga Pers Internasional mengatakan, dirinya beberapa kali harus mengeluarkan kartu identitas kepada polisi, dan tentara faksi tertentu saat berada di jalan-jalan Irak. Dengan menyebutkan faksi tertentu, saat berada di wilayah kekuasaan mereka, menurutnya akan mempermudah tugas-tugasnya.

Kelompok bersenjata hingga saat ini memang masih banyak berkeliaran di Irak. Khususnya setelah invasi AS ke Irak tahun 2003. Belum lagi ditambah kelompok bersenjata beraliran yang dibentuk berdasarkan sekte atau etnik tertentu. (na-str/bwb)