Eramuslim.com – Jumlah bayi laki-laki dengan nama depan yang identik dengan Arab dan Muslim di Prancis mengalami peningkatan. Dari yang semula hanya satu persen pada 1960, menjadi 19 persen untuk saat ini.
Dilansir dari Breibart, hal tersebut diungkapkan oleh peneliti politik Prancis Jérôme Fourquet. Ia mencatat penurunan angka kelahiran di Prancis. Pada 2019, angka kelahiran 70 ribu lebih sedikit daripada 2014, dan ini menjadi penyebabnya. Selain itu, ia juga mengatakan, aliran imigrasi berkelanjutan, terlebih sejak awal 2000 juga turut berkontribusi.
“Studi tentang kelaziman jenis nama depan di antara bayi yang baru lahir memungkinkan, khususnya untuk mengumpulkan kekuatan dari arus imigrasi legal dan ilegal. Karena, dengan beberapa pengecualian, semua anak yang lahir di Prancis teregistrasi di INSEE (biro statistik nasional Prancis) meskipun orang tuanya ilegal,” kata Fourquet.
Untuk memerangi penurunan angka kelahiran tersebut, Fourquet tidak menganjurkan menggunakan model migrasi massal Jerman. Menurutnya, Prancis tidak boleh mengunci diri menjadi alternatif biner antara kebijakan natalis, dengan melakukan adopsi, atau menggunakan imigrasi.
Ia mengatakan, Jerman lebih menyukai imigrasi karena usia pensiun di sana sudah sangat tinggi dan tingkat penganggurannya berada pada titik terendah, yakni 3,5 persen. Ia berpendapat, Prancis dapat bermain di dua tuas tersebut.
“Dan khususnya pada tingkat pengangguran untuk secara signifikan meningkatkan jumlah kontributor, sebelum beralih ke imigrasi tambahan,” jelas dia.
Pergeseran demografis juga telah diamati di antara kelompok-kelompok agama di Prancis. Laporan yang dirilis tahun lalu menunjukkan sekarang jumlah Muslim berusia 18 hingga 29 tahun sama banyak dengan jumlah penganut Katolik Roma.(rol)