Qaddafi menggunakan kekuatan militernya dalam menghadapi aksi protes rakyatnya, yang kian bertambah besar. Hari Jum’at yang lalu, lebih dari 20 orang tewas, dan 200 lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan dan gas air mata. Bentrokan terjadi di kota terbesar kedua, Benghazi, ujar seorang penjaga rumah sakit, yang tidak disebut indentitasnya.
Ribuan orang melakukan aksi protes di jalan-jalan yang menuntut Qaddafi mengundurkan diri dari kekuasaannya. Namun, jumlah yang terjadi pada hari Jum’at, masih simpang siur, dan sebelumnya pada hari Kamis, yang korban yang tewas lebih dari 50 orang, ujar seorang pejabat di rumah sakit.
Amnesty Internasional mengatakan pasukan keamanan membunuh, lebih dari 46 orang, ujar sebuah sumber di rumah sakit al-Jala di Benghazi, dan lebih banyak lagi, yang mengalami luka-luka.
"Jumlah yang tewas akan bertambah banyak, diakibatkan tembakan tentara, yang menggunakan peluru tajam", ujar Malcolm Smart, Direktur Amnesty Internasional untuk Afrika Utara, seperti dikutip CNN.
Ini merupakan ‘perang’ terbuka antara tentara yang mendukung Qaddafi dengan para penentang rezim yang sudah berkuasa selama 41 tahun. Penguasa yang terlama sepanjang sejarah kekuasaan di Afrika utara. Para pengunjuk rasa mengatakan, Qaddafie adalah, "Diktator Terbesar Sepanjang Sejarah".
Di rumah sakit Al-Jala penuh sesak dengan korban yang tewas dan luka-luka. Listrik mati, sejak sebelum hari Jum’at, sehingga para dokter tidak dapat menangani pasien yang luka dengan segera. Baru hari Jum’at listrik pulih kembali, dan para dokter baru bisa menangani para korban.
Di al-Baida ribuan orang mengantarkan 13 jenazah yang tewas, akibat tembakan pasukan keamanan Libya, ujar Mohammed Abdallah, pemimpin oposisi Front Nasional.
Selama aksi menentang Qaddafi sudah lebih 100 orang yang tewas, akibat kekerasan yang dikukan militer dan para pendukung Qaddafi. Ibukota Tripoli kekuatan pendukung Qaddafi sangat kuat, dan mereka melawan setiap gerakan yang menentang pemerintah.(mh/cnn)