Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menyerahkan Ghaza pada kepala otoritas Palestina, Mahmud Abbas, hanya demi melanjutkan dialog dengan pihak Fatah.
Abu Zuhri menegaskan, pihaknya juga tidak akan menyerahkan kepemimpinan keamanan di Ghaza pada pihak Abbas yang oleh Hamas dituding korup.
"Abbas sendiri menuding para pimpinan keamanannya di Ghaza korup. Maka, Hamas tidak akan menyerahkan markas-markas besar keamanan di Ghaza sebelum dialog dilanjutkan, " tukas Abu Zuhri.
Dialog antara Hamas-Abbas belum mencapai titik temu, karena kedua bilah pihak bersikeras pada persyaratan masing-masing. Abbas mendesak Hamas menyerahkan Ghaza terlebih dulu sebagai syarat dilanjutkannya dialog. Namun Hamas menolak permintaan itu, dan menegaskan bahwa dialog harus dilakukan tanpa syarat.
Abu Zuhri mengusulkan dipilihnya pihak ketiga yang cukup punya kekuatan untuk menjadi mediator Hamas-Fatah. Ia juga membantah berita yang mengatakan bahwa Hamas telah mengirimkan surat pada Israel melalui seorang mediator, yang isinya meminta kemungkinan dialog dengan Israel.
"Kami tidak pernah mengirimkan surat pada siapa pun di Israel, " tandas Abu Zuhri.
Dana Segar untuk Palestina
Sementara itu, dalam pertemuan di Paris hari ini, Senin (17/12) negara-negara donor sepakat untuk memberikan paket bantuan sebesar milyaran dollar untuk membantu memulihkan perekonomian Palestina dan sekaligus sebagai dorongan politik atas proses perdamaian baru antara Israel dan Palestina.
Sekitar delegasi internasional hadir dalam pertemuan satu hari itu dan merupakan pertemuan terbesar sejak tahun 1996. Presiden Palestina Mahmud Abbas berharap bisa mendapatkan bantuan sebesar 5, 6 milyar dollar, jumlah yang menurut Abbas dibutuhkan untuk menjamin dan mengakhiri kesulitan ekonomi di wilayahnya.
Sumber-sumber di lingkungan utusan AS mengatakan, AS siap menanggung seperigas beban keuangan Palestina di tahun 2008, nilainya sekitar 550 juta dollar. Pemerintah Jerman juga menjanjikan bantuan sebesar 200 juta dollar pada tahun 2010.
Di antara delegasi yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Sekjen PBB Ban Ki-moon, Menlu Rusia Sergei Lavrov, mantan perdana menteri Inggris Toni Blair dan Menlu Israel Tzipi Livni.
Delegasi Israel didesak untuk segera mengakhiri embargo atas rakyat Palestina di Jalur Ghaza dan Tepi Barat. Namun pada kantor berita AFP, Livni mengatakan, "Pembentukan negara Palestina dan modernisasi perekonomian Palestina, menjadi kepentingan Israel juga, seperti juga menghentikan aksi-aksi terorisme demi kepentingan rakyat Palestina. " Tentu saja yang dimaksud teroris oleh Livni adalah Hamas. (ln/presstv/al-arby)