Jika Gaddafi Pergi


Muammar Qaddafi mungkin akan segera meninggalkan Libya untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.

Berbeda dengan Tunisia dan Mesir, yang memiliki konstitusi pengalihan kekuasaan, Libya, di mana Qaddafi telah memerintah sejak tahun 1969, sama sekali tidak memiliki konstitusi dan partai politik dan serikat buruh.

"Jika Qaddafi pergi, akan ada kekosongan besar, bukan hanya politik, tetapi juga sosial dan ekonomi," kata Diederick Vandewalle, seorang profesor di Dartmouth College di New Hampshire. "Tidak ada organisasi yang dapat berinteraksi antara pemerintah dan para rakyat."

Libya, negara dengan cadangan minyak terbesar di Afrika, dapat ditetapkan dalam kondisi rusuh untuk jangka waktu lama, juga karena di negara ini tidak ada pemimpin alternatif yang bisa muncul.

"Kekisruhan adalah kemungkinan yang nyata," kata Ettore Greco, direktur dari Institut Urusan Internasional di Roma. "Represif rezim Qaddafi sama sekali berbeda dibandingkan dengan Tunisia dan Mesir."

Sementara Qaddafi menciptakan sebuah rezim yang katanya memberikan kekuatan untuk rakyat melalui Komite Rakyat, Libya sendiri kekurangan sekelompok perwira tentara yang bisa mengambil alih kekuasaan seperti halnya di Mesir. (sa/almasryalyoum)