Jihadis di Mali Menggeliat Bergerilya, Tentara Mali Mulai Terancam

Tentara Mali didukung oleh jet tempur Perancis memerangi pejuang di Timbuktu setelah para jihadis menggunakan bom mobil sebagai pelindung untuk menyusup ke kota gurun utara, sumber media mengatakan.

Seorang tentara Mali dan tiga jihadis  diyakini telah tewas dalam pertempuran hari Minggu di Sahara kuno  1.000 km bagian utara ibukota Bamako.

Sebuah komunike pemerintah Mali dikeluarkan pada hari Minggu malam mengatakan setidaknya seorang tentara Mali tewas dan empat lainnya terluka.

Dikatakan bahwa 21 pejuang Islam tewas dalam pertempuran itu.

“Serangan ini dimulai setelah serangan bom mobil bunuh diri sekitar 22.00 (22.00 GMT pada hari Sabtu), sebagai mengalihkan perhatian militer dan memungkinkan sekelompok jihadis untuk menyusup ke kota pada malam hari,” kata Kapten Modibo Traore dari tentara Mali.

Gambar eksklusif yang diperoleh oleh Al Jazeera dari Kidal, utara kota lain, menunjukkan bahwa setidaknya dua pejuang Tuareg terluka dalam bentrokan dengan Jihadis.

Serangan yang dipimpin Perancis telah mendorong Jihadis keluar dari benteng mereka di utara dan pangkalan di pegunungan terpencil tetapi mereka telah memukul balik dengan serangan bunuh diri dengan beberapa gaya gerilya.

“Orang-orang benar-benar takut, tapi itu sebagian besar disebabkan oleh kurangnya informasi tentang apa yang terjadi di kota,” kata Halle Ousmane, walikota Timbuktu.

Awal bulan ini seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah pos pemeriksaan., seperti yang terjadi pada hari Minggu.

Bilal Toure, anggota komite krisis Timbuktu, mengatakan ia melihat sebuah pesawat Perancis menembak pada posisi Jihadis. Ia mengatakan pertempuran telah mereda sejak malam tiba.

“Situasi tenang setelah sekitar jam 19.00 tapi semua orang masih tinggal di dalam rumah,” kata Toure.

Di luar kota-kota yang dijaga ketat seperti Timbuktu, para Jihadis masih eksis, serangan mereka ditandai dengan bom bunuh diri, ranjau darat dan serangan terhadap kota-kota.

Presiden Francois Hollande mengatakan pada hari Kamis bahwa Perancis akan mengurangi jumlah pasukannya di Mali untuk 2.000 pada bulan Juli dan 1.000 pada akhir tahun ini.

Bekas koloni Afrika Barat ini sedang persiapan untuk mengadakan pemilihan presiden dan legislatif pada bulan Juli , negeri yang sangat diperhatikan oleh barat karena negeri penghasil emas dan kapas. (Dz-arby/alj)