Jihad Islam : Meningkatnya Permusuhan Terhadap Arab

Gerakan Jihad Islam di Palestina menilai hasil pemilihan di Israel, lebih mencerminkan sikap permusuhan terhadap bangsa Arab dan Palestina. Di mana hasil pemilihan yang baru saja diumumkan itu, nampak hasilnya didominasi ‘trioka’, yaitu Tzipi Livni, Benyamin Netanyahu, dan Avigdor Lieberman. Ketiga tokoh Israel yang berhasil mendapatkan dukungan suara terbanyak adalah tokoh-tokoh, yang tidak menginginkan perdamaian.

Syeikh Nafedz Azzam, pemimpin senior Jihad Islam, menilai kemenangan Livni, Netanyahu, dan Lieberman, menunjukkan pandangan mayoritas rakyat Israel, pilihan mereka adalah tokoh-tokoh yang hanya menginginkan peperangan. Tidak ada tanda-tanda mereka yang menginginkan perdamaian. Tiga tokoh yang mewakili rakyat Israel itu, mereka akan terus menciptakan konflik dan meningkatkan konflik di Palestina, dan dunia Arab.

Pemimpin senior Jihad Islam, Syeikh Azzam menambahkan, Partai Kadima, yang dipimpin Tzipi Livni, tak mungkin dapat membentuk kabinet tanpa dukungan kelompok garis keras, seperti Partai Yisrael Beitenuo, yang dipimpin Liberman, yang terang-terangan ingin mengusir warga Arab dari Palestina. Dan, Livni akan meninggalkan seluruh komitment kerjasamanya dengan Orotitas Palestina (PA), demi mendapatkan mitra koalisi dengan partai kanan-yang sangat ektrim. Masih menurut Azzam, tapi kemungkinan peluangnya pemerintahan di Israel, lebih banyak di tangan Partai Likud, di mana pemimpinnya Benyamin Netanyahu lebih dekat dengan Lieberman.

Sementara juru bicara Hamas, Fauzi Barhoum, mempunyai pandangan yang sama, yaitu hasil pemilu di Israel lebih didominasi kaum ekstrimis, yang sudah terang-terangan ingin meningkatkan eskalasi perang terhadap rakyat Palestina. Namun, menurut Barhoum, sitauasi politik yang terjadi di Israel, tidak boleh mempengaruhi perjuangan rakyat Palestina. Barhoum menambahkan bahwa rakyat Palestina harus lebih solid, menghadapi perkembangan dan situasi politik yang terjadi di Israel.

Tentang penyatuan kembali kekuatan Palestina, terutama kelompok Hamas dan al-Fatah, Barhoum menyatakan, fihak Otoritas Palestina (PA) harus menghentikan penangkapan dan membebaskan para anggota Hamas yang ada dipenjara-penjara. Aparat keamanan Otoritas Palestina yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas, melakukan tindakan repressif terahadap anggota dan pemimpin Hanas yang ada di Tepi Barat, yang menyebabkan sulitnya menciptakan dialog kembali.

Di tengah-tengah kecenderungan di Israel yang semakin mengeras di Israel, Presiden Mahmud Abbas, yang melakukan lawatan ke Eropa, di ibukota Polandia, Warsawa, menyatakan kesiapannya melakukan negosiasi dengan siapapun yang memerintah di Israel, menyelesaikan konflik dengan fihak Israel. “Saya tidak tahu siapa yang akan memenangkan pemilu di Israel, tetapi kita akan bekerjasama dengan pemerintah Israel yang merupakan hasil pemilu”, ucap Abbas di Warsawa.

Celakanya, perjanjian antara Mahmud Abbas dengan Ehut Olmert, yang sudah berlangsung sejak 2005, justru perluasan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, terus meningkat. Memang, al-Fatah dengan Israel telah menandatangani perjanjian di Oslo (Norwegia), tahun 1993, tidak menghasilkan perubahan sikap dan kebijakan pemerintahan Israel. Bahkan, pemukiman Yahudi terus meningkat drastis di Tepi Barat dan pengusiran penduduk Arab di Yerusalem Timur, berlangsung lebih massif. Sementara rakkyat Palestina tidak mendapatkan dari hasil perjanjianitu, dan negara Palestina, sampai hari ini tak juga terwujud. (m/pic).