Agresi militer Israel ke Gaza, menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan warga Gaza termasuk perekonomian mereka. Akibatnya, banyak warga Gaza yang kini menjadi pengangguran bahkan kehilangan usaha sebagai sumber nafkah keluarga mereka.
"Masa depan saya hancur," kata Ahmad Abdul Jawwad di tengah-tengah mesin-mesin jahitnya yang rusak akibat perbuatan tentara Israel.
Sebelumnya, Jawwad adalah pengusaha konveksi yang sukses. Produk-produknya bahkan sampai dipasarkan ke Israel. Situasinya berubah ketika Israel menyerang Gaza. Pabrik konveksi yang ia bangun dengan kerja keras dua tahun yang lalu, di kawasan kamp pengungsi Maghazi, utara Gaza, kini tinggal puing-puing karena dihancurkan oleh tank-tank dan buldoser Israel.
"Pabrik ini membuat pakaian-pakaian khusus untuk pasar Israel," ujar Jawwad sambil sesekali membungkuk, memunguti gulungan-gulungan kain atau bungkusan berisi T-Shirt yang masih bisa diselamatkan.
Jawwad adalah bagian dari warga Palestina yang menderita akibat lumpuhnya perekonomian di Gaza, sejak Israel menyerang wilayah itu dengan alasan membebaskan seorang serdadunya yang ditawan pejuang Palestina.
Hari pertama serangan pada tanggal 28 Juni lalu, Israel menghancurkan satu-satunya sumber pembangkit listrik di Gaza. Ketiadaan listrik menyebabkan pabrik-pabrik tidak bisa menjalankan mesin-mesinya, sehingga banyak pengusaha yang terpaksa menutup bisnisnya bahkan menjual stok barangnya dengan harga yang sangat murah, nyaris gratis.
Warga Gaza kini makin banyak yang kehilangan pekerjaan, menambah tingginya angka pengangguran di Palestina yang menurut data statistik mencapai 40 persen. Sementara 70 persen penduduknya, hidup di bawah garis kemiskinan.
Kini, Abdul Jawwad bersama 70 orang pegawainya kehilangan sumber hidupnya dan tidak tahu bagaimana nasib mereka besok.
"Saya punya 10 orang yang harus diberi makan dari hasil kerja saya di pabrik ini. Sekarang, bagaimana kami akan bertahan hidup?" kata seorang pegawai Abdul Jawwad dengan nada pedih.
Kepala bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, Karen Abu Zeid yang meninjau kamp pengungsi Maghazi akhir pekan lalu, mengaku ‘sangat terkejut’ melihat kerusakan yang disebabkan oleh militer Israel.
"Kami tidak mengerti, mengapa sumber-sumber ekonomi harus dihancurkan," kata Karen sambil melihat pabrik milik Abdul Jawwad yang porak poranda.
Menurut Karen, beberapa hari serangan Israel ke kamp pengungsi Maghazi telah menyebabkan 16 warga Palestina tewas, 125 orang luka-luka, dan sekitar 80 keluarga kehilangan rumahnya. Sungguh perbuatan yang biadab, Israel dengan peralatan militernya menyerang kamp pengungsi dan mematikan sumber kehidupan di sana. (ln/iol)