London – Pengakuan mengejutkan dibuat oleh seorang bekas petinggi Garda Revolusi Iran. Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada aktivis oposisi, Mohammad Nourizad, sang jenderal menyatakan tangan pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, berlumuran darah karena menumpas oposisi dengan brutal.
Seperti dilansir Guardian pada Kamis, 12 Juli 2012, jenderal yang hanya mencantumkan inisialnya itu menceritakan perselisihan politik di dalam pasukan elite Iran itu, yang bertanggung jawab atas program nuklir dan keamanan Khamenei.
Jenderal itu menyatakan dia dan sejumlah koleganya diancam hukuman mati bila tak loyal. Setelah melalui pengadilan rahasia untuk membela diri, mereka pun diberhentikan. “Karena kami menolak berpartisipasi dalam pengkhianatan dan kejahatan yang dilakukan senior kami,” tulisnya.
“Saya menulis surat ini kepada Anda untuk menceritakan kepada rakyat masih banyak jenderal dan anggota staf Garda Revolusi yang menolak kejahatan itu dan menunggu bergabung dengan rakyat.”
Berbicara kepada Guardian melalui telepon dari Teheran, Nourizad–yang mempublikasikan surat jenderal itu di laman pribadinya–yakin akan keaslian surat itu karena diberikan secara langsung oleh sang jenderal.
“Ini salah satu dari banyak surat yang ditulis oleh tokoh senior di dalam Sepah (Garda Revolusi) yang telah saya terima. Saya menahan diri untuk tidak mempublikasikan surat-surat itu karena saya khawatir mereka akan menghadapi masalah keamanan,” kata dia.
Garda Revolusi adalah pasukan elite yang terpisah dari Angkatan Bersenjata Iran. Korps ini berada di bawah komando langsung pemimpin agung Iran. Korps ini didirikan untuk melindungi nilai-nilai revolusioner Iran, tetapi dalam perkembangannya terlibat dalam politik dan bisnis.
Setelah sengketa Pemilu 2009, lusinan jenderal Garda Revolusi dan sejumlah tokoh senior milisi Basij diganti karena menolak menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Menurut jenderal itu, perintah untuk menembak pengunjuk rasa berasal dari sang pemimpin. “Pada 2009, pemimpin (Khamenei) bertanya, Rahim Safavi (bekas komandan garda) apakah dia siap melindas massa dengan tank jika mereka turun ke jalan untuk memberontak. Dia bilang, ya, dan sang pemimpin memberinya perintah,” dia menulis.
“Mereka (para pemimpin) membungkam mulut kami selama bertahun-tahun dengan mengatakan sang pemimpin menginginkan ini atau itu…. Namun kami tak bisa terus bungkam setelah tragedi berdarah pasca-pemilu. Ini titik balik mereka bersuara dan menolak patuh.”
Menurut dia, Khamenei secara pribadi terlibat dalam pembatasan terhadap pemimpin oposisi, Hossein Mousavi, yang masih dalam tahanan rumah dengan hanya sedikit akses ke dunia luar. “Bagaimana bisa seorang pemimpin agung yang tangannya berlumuran darah dekat dengan Tuhan?”
Sang jenderal juga menuduh Khamenei berbohong tentang program nuklir Iran, yang menjadi kontroversi di dunia. “Pengawas Badan Energi Atom Internasional membodohi diri sendiri kalau percaya fasilitas nuklir, di atas maupun di bawah tanah, untuk perdamaian. Sang pemimpin mengatakan Iran hanya memiliki niat perdamaian dengan aktivitas nuklirnya. Ini bohong belaka.” (rzl/inilah)