Seorang jenderal angkatan udara AS mengungkapkan detil kemungkinan serangan udara ke Iran jika upaya diplomasi untuk menghentikan program nuklir Iran gagal. Sang jenderal juga mengatakan, ‘melakukannya sendiri’ bukan pilihan bagi Israel.
Selama bertahun-tahun para pejabat Israel dan AS melontarkan pertanyaan, apakah mungkin menghentikan program nuklir Iran dengan cara militer?
Israel menginginkan AS mengambil tindakan itu atas namanya tapi kalangan akademisi, politisi sayap kiri dan pakar menyatakan, pemerintahan Bush tidak menempatkan opsi militer terhadap Iran karena situasi di Irak.
Tapi pensiunan militer AS, Letnan Jenderal Thomas McInerney berpikir sebaliknya. Ia menganggap opsi militer adalah solusi terbaik bagi persoalan nuklir Iran tapi opsi itu membutuhkan keberanian dan keteguhan untuk melakukan tindakan itu.
Hal tersebut diungkapkan McInerney dalam wawancara dengan situs Ynet. Ia adalah mantan pilot dan komandan strategis di angkatan udara AS dengan masa tugas hampir 35 tahun. Setelah pensiun pada 1994, McInerney menjadi komentator untuk saluran televisi Fox News.
McInerney mengatakan, Iran harus diserang pada musim gugur tahun 2007 mendatang jika upaya diplomasi gagal. Serangan udara, kata McInerney, harus didukung dengan operasi darat secara rahasia yang ditujukan untuk menyingkirkan para Ayatullah.
Operasi militer terhadap Iran dilancarkan untuk menghancurkan 1.500 target dalam waktu 24 sampai 36 jam. Serangan ini setidaknya akan menghambat ambisi nuklir Iran sampai lima tahun kedepan.
Selain itu, tujuan serangan ke Iran adalah untuk melumpuhkan angkatan udara Iran dan misil Shihab 3 misil yang disiapkan Iran untuk menghadapi Israel. McInerney menyatakan, angkatan laut Iran juga harus dihancurkan untuk mencegah Iran memblokade Teluk Persia.
Pensiunan jenderal itu mempekirakan bahwa serangan militer itu akan secara signifikan menggoyahkan rejim di Iran. Ditanya apakah para oposisi Iran yang kini dalam pengasingan mampu menjalankan pemerintahan Iran begitu para Ayatullah ditumbangkan? McInerney menjawab, bangsa Iran terpecah dan banyak warganya yang menentang para Ayatullah, akan mengambil alih kekuasaan.
Ia menambahkan, hanya 51 persen orang Iran yang berasal dari etnis Persia, sementara 49 persen lainnya berasal dari beberapa kelompok etnis yang berbeda. AS akan mudah menumbangkan para Ayatullah jika secara gerilya AS mendukung kelompok oposisi di Iran.
Lebih lanjut McInerney mengungkapkan rincian peralatan perang angkatan udara AS yang akan dilibatkan dalam operasi militer ke Iran. Antara lain;
A US aerial attack against Iran would involve the following stages, says Mcinerney:
– 60 pesawat siluman, pesawat pembom B-2, pesawat tempur F-117-and F-22, akan menjadi bagian dari serangan pertama ke Iran.
– Serangan udara kedua akan melibatkan 400 pesawat (B-52, B-1, F-15, F-16 and F-18)
– 150 pesawat khusus akan dikirim untuk melakukan pengisian bahan bakar dan operasi intelejen.
– 500 missil akan ditembakan ke arah target-target di Iran dari kapal-kapal perang AS.
Pesawat pembom B-2 mampu melepaskan sekitar 80 sampai 250 kilogram bom di 80 tempat berbeda yang menjadi target secara simultan.
McInerney menyatakan optimis intelejen AS mampu mengumpulkan informasi yang akurat untuk menjamin kesuksesan operasi serangan. Menurutnya, menghancurkan 20-50 persen target serangan di Iran sudah cukup untuk melemahkan kekuatan para Ayatullah.
Sementara mengomentari ambisi Israel yang juga ingin menyerang Iran, McInerney memuji kemampuan angkatan udara Israel, namun ia mengingatkan kekurangan Israel dalam hal jumlah pesawat angkut dan jarak yang jauh secara geografis akan membuat Israel sulit melakukan serangan yang sukses ke Iran.
McInerney mempekirakan para Ayatullah akan mencari suaka ke Swiss karena di sana mereka memiliki banyak rekening. Ia kembali menegaskan, begitu upaya diplomasi gagal, AS akan mempertimbangkan opsi militer terhadap Iran paling lambat satu tahun, mendesak Barat akan tidak membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklirnya. (ln/Ynet/Islamicity)