Jelang Olimpiade London, 100 Tersangka Teroris Bebas Bersyarat

Situs harian The Sun menyebutkan, ancaman terorisme membayangi pelaksanaan Olimpiade 2012 yang akan berlangsung di London, Inggris, karena banyak para tersangka teroris yang akan dibebaskan sebelum pelaksanaan ajang kompetisi olahraga tingkat dunia itu.

Laporan investigasi The Sun mengklaim, kepolisian akan membebaskan 100 orang tersangka teroris dalam kurun waktu satu tahun ini. Diantaranya adalah 10 tersangka teroris yang dianggap berbahaya dengan dakwaan merencanakan serangan bom dan berkonspirasi melakukan rencana pembunuhan.

Sejumlah pejabat pemerintah Inggris bidang keamanan juga mengingatkan bahwa terorisme masih menjadi ancaman terbesar pelaksanaan Olimpiade yang dipekirakan akan menarik kedatangan sekitar 500.000 orang ke London untuk menyaksikan event olahraga internasional itu. Yang menjadi kekhawatiran adalah, kemungkinan terjadinya serangan senjata kimia dan biologi dengan target jaringan transportasi publik.

"Kami tahu beberapa diantara tersangka teroris itu adalah orang-orang yang sangat militan, yang kemungkinan akan kembali melakukan aktivitas terornya," kata Pemimpin MI5 Jonathan Evans mengomentari akan bebasnya sejumlah tersangka teroris yang mayoritas masih berusia muda antara 20 dan 30 tahun.

Sementara itu, pejabat National Association of Probation Officers (NAPO) Harry Fletcher mengatakan, banyak diantara para tersangka yang masih berpotensi besar melakukan aksi teror.

Sepuluh tersangka teroris yang menurut The Sun masih berbahaya antara lain; Qaisar Shaffi, simpatisan Al-Qaida yang dituduh merencanakan serangan bom ke sebuah gerbong kereta dan ke sebuah hotel, bersama rekannya Omar Abdur Rahman. Keduanya ditangkap pada tahun 2007, divonis 15 tahun penjara, tapi akan dibebaskan bersyarat.

Tersangka lainnya, Kazi Nurur Rahman yang divonis 9 tahun penjara pada tahun 2006, sudah dibebaskan. Ia ditangkap oleh agen intelijen MI5 dengan tuduhan berencana membeli misil Sam-7 yang akan digunakan untuk meledakkan sebuah pesawat jet.

Andrew Rowe yang dikenal sebagai "pejuang jihad global" divonis 15 tahun penjara pada tahun 2005. Ia ditangkap setelah agen intelijen Inggris menemukan catatan atas namanya tentang rencana untuk menembakkan mortir. Warga Inggris yang masuk Islam itu, sudah dibebaskan.

Lalu ada Abu Bakar Mansha, divonis enam tahun penjara pada tahun 2005 dengan tuduhan merencanakan pembunuhan terhadap seorang tentara Inggris. Ia sudah dibebaskan, tapi dijebloskan lagi ke penjara atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal.

Saajid Badat si "bom sepatu" divonis 13 tahun penjara pada tahun 2005, pernah mengikuti kamp pelatihan Al-Qaida dan ditangkap dengan tuduhan merencanakan peledakan terhadap sebuah pesawat jet.

Hammad Munshi, adalah tersangka teroris yang usianya paling muda, baru 15 tahun. Ia ditangkap dan divonis dua tahun penjara pada tahun 2008 karena kedapatan mengumpulkan data tentang senjata dan bahan peledak.

Selanjutnya, Mohamed Kabashi, divoni sembilan tahun penjara pada tahun 2008 dengan tuduhan membantu Hussain Osman yang berencana melakukan serangan bom. Kemudian, Zahoor Iqbal, divonis tujuh tahun penjara pada tahun 2008, dengan tuduhan terlibat dalam pengiriman peralatan militer dan elektronik ke kelompok Al-Qaida.

Menanggapi kebebasan sejumlah tersangka teroris ini, Kementerian Kehakiman Inggris sudah meminta pada kepolisian, aparat keamanan dan intelijen untuk terus melakukan pemantauan dan mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi. (kw/TS)