Jamaah haji Maroko protes atas buruknya pelayanan haji yang diberikan pemerintah tahun ini. Selain ongkos haji yang membubung tinggi, para jamaah haji juga diberikan pemondokan yang lokasinya terpencil di tanah suci.
Anggota parlemen dari Partai Pembangunan dan Keadilan, Basima Hakkawi mengatakan, Kementerian waqaf dan urusan agama Islam mengenakan biaya tinggi bagi para jamaah haji Maroko yang menggunakan pesawat terbang.
Setiap jamaah haji harus membayar 10.000 dirham (lebih dari 1.000 dollar AS) untuk tiket pesawat ke Arab Saudi. Biaya ini dinilai paling tinggi dari yang pernah dikenakan pada para jamaah selama ini.
Partai Pembangunan dan Keadilan sudah menyerukan agar pemerintah memberi kesempatan bagi maskapai penerbangan swasta untuk ikut mengangkut jamaah haji agar harga tiketnya lebih murah. Tapi usulan itu ditolak oleh kementerian agama Islam.
Menurut salah satu agen perjalanan di Maroko yang minta namanya dirahasiakan, kementerian agama Islam dan maskapai penerbangan Royal Air Maroc ingin mempertahankan harga tiket yang sekarang berlaku karena memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan maskapai itu.
Tahun ini, jumlah jamaah haji Maroko mencapai 32.000 orang. Rombongan pertama sudah tiba di Arab Saudi pada 4 Desember. Sejumlah jamaah haji itu juga mengeluhkan lokasi penginapan mereka yang jauh dari Masjid al-Haram, Makkah sehingga mengganggu kelancaran ibadah haji mereka.
"Ratusan jamaah akan tinggal di kawasan Aziziyah yang jauhnya sekitar 8 kilometer dari Masjidil Haram," kata Muhammad Abus Saif, salah seorang jamaah yang berprofesi sebagai penulis, seperti dikutip Islamonline.
Namun sumber-sumber di kementerian agama Islam membela diri dengan mengatakan bahwa tidak semua jamaah akan di tempatkan di lokasi yang jauh dari Masjid Haram. Sumber-sumber itu menyatakan, pihak yang berwenang sudah menyewa 25 apartemen yang jaraknya sekitar 900 meter dari masjid. Sedangkan jamaah yang tinggalnya di Aziziyah, akan disediakan bis-bis yang beroperasi sehari penuh.
Meski biayanya mahal warga Muslim Maroko yang ingin menunaikan ibadah haji terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah aplikasi selalu melebihi kuota sehingga untuk musim haji tahun ini, untuk pertama kalinya dilakukan pengundian untuk menentukan siapa yang akan pergi haji.
"Banyak yang marah dengan cara pemilihan jamaah haji seperti ini. Mereka khawatir aparat lokal akan melakukan manipulasi untuk kepentingan mereka sendiri," kata Abu Seif.
Sementara pihak kementerian agama Islam Maroko menyatkan tidak punya pilihan cara lain karena tingginya jumlah orang yang berminat haji setiap tahunnya. Padahal negara Arab Saudi, berdasarkan ketetapan Organisasi Konferensi Islam, hanya memberikan kuota haji sebesar satu persen dari populasi warga Muslim di tiap negara. (ln/iol)