Jam malam yang diberlakukan oleh kaum penyembah berhala terhadap warga di Nigeria selatan selama festival tradisional menyembah berhala mereka memicu aksi protes di kalangan umat Islam, di tengah seruan harus adanya intervensi pemerintah untuk menghentikan praktek tersebut.
“Para kaum musyrik bebas untuk meyakini keyakinin mereka apapun itu, selama mereka tidak melanggar hak orang lain,” kata Alhaji Rasheed Mubarak, Kepala Imam Ikenne di barat daya Ogun kepada OnIslam.net.
“Prinsip kami adalah Lakum Dinukum Waliyadin (bagimu agamamu bagiku agamaku). Pemerintah harus membuat ini sangat jelas untuk semua warga.”
Kaum musyrikin di negara bagian Yoruba barat daya Nigeria membuat aturan dengan melarang orang-orang keluar dari rumah mereka selama perayaan festival penyembahan berhala mereka.
Warga yang berani keluar selama festival akan mengalami intimidasi.
Namun praktek ini dikecam keras oleh umat Islam dan dianggap langkah menindas untuk memaksakan kemusyrikan pada warga yang berpemahaman berbeda.
“Jangan sampai itu dipelintir. Kami setuju ada kebebasan berpikir dan agama tetapi juga UU membatasi anda,” kata Mubarak.
Di bulan Ramadhan lalu, kaum musyrik di kota barat daya Remo mencoba menggelar festival tradisional Oro.
Namun langkah tersebut memicu aksi protes dari umat Muslim dan memaksa pemerintah turun tangan untuk meyakinkan warga musyrik tidak memaksakan jam malam apapun selama festival berlangsung.
Lembaga HAM Muslim (MRC), campuran dari lembaga swadaya masyarakat dan individu, mengkritik larangan tersebut dan menyebutnya tindakan sewenang-wenang oleh kaum musyrik sebagai pelanggaran kebebasan orang untuk bergerak.(fq/oi)