Hari ini, Kamis (7/9), pukul 06.00 sore waktu setempat, Israel sudah harus mengakhiri blokade laut dan udaranya di wilayah Libanon. Selanjutnya kontrol akan digantikan oleh pasukan internasional.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantor perdana menteri Israel, Rabu kemarin menyatakan, Menlu AS, Condoleezza Rice dan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan telah menginformasikan pada PM Israel Ehud Olmert bahwa "pasukan internasional sudah siap untuk mengambil alih kontrol pos-pos di pelabuhan-pelabuhan dan bandara-bandara Libanon."
"Maka, sudah disetujui bahwa besok (Kamis,7/9) pada jam 6 sore, Israel akan meninggalkan posisi kontrolnya di pelabuhan-pelabuhan terkait dengan akan masuknya pasukan internasional," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pihak Israel mengatakan, para pakar dari Jerman sudah tiba di bandara Beirut pada Rabu kemarin dan pasukan angkatan laut Jerman juga diharapkan sudah tiba dan dikerahkan ke pantai-pantai Libanon dalam dua minggu ini. Setelah itu, akan menyusul pasukan dari Italia, Perancis, Inggris dan Yunani.
Sebelumnya, Libanon melalu menteri luar negerinya, Fawzi Salloukh mengancam, pihaknya akan mengakhiri blokade Israel "dengan seluruh kekuatan kami", jika dalam waktu 48 jam-seperti yang diberikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan-Israel tidak juga angkat kaki.
"Kami akan menunggu selama 48 jam seperti yang telah diberikan Kofi Annan, dan jika situasinya terpecahkan, kami akan berterimakasih pada mereka. Tapi jika tidak, pemerintah Libanon akan mengambil langkah-langkah penting dan kami akan mengakhiri blokade dengan seluruh kekuatan kami," tegas Salloukh.
Blokade Rugikan Ekonomi Libanon
Sejak perang berakhir dengan resolusi PBB 1701, Israel tidak sepenuhnya angkat kaki dari Libanon dan masih menguasai daerah-daerah pelabuhan serta bandara di negara itu. Blokade ini menghambat masuknya bantuan internasional bagi warga Libanon dan mengancam ekonomi Libanon yang hancur akibat serangan brutal Israel.
PM Libanon Fuad Siniora mengatakan, jika blokade terus berlangsung selama 20 hari ke depan, Libanon akan mengalami kerugian ekonomi sekitar satu milyar dollar, setara dengan besar bantuan yang dijanjikan dunia internasional pada Libanon.
Seiring dengan akan berakhirnya blokade Israel, maskapai penerbangan British Airways pada Rabu kemarin mengatakan, perusahaannya akan mengoperasikan jalur penerbangan langsung ke Beirut setelah pemerintah Inggris memberikan jaminan bahwa hal itu aman untuk dilakukan.
Sejak bulan Agustus kemarin, baru maskapai penerbangan Middle East Airlines milik Libanon dan Royal Jordanian yang secara reguler terbang ke Beirut. Itupun harus memenuhi desakan Israel agar pesawat-pesawat tersebut harus singgah dulu di Amman.
Sementara Qatar Airways, sudah melakukan penerbangan langsung ke Beirut sejak hari Senin kemarin. (ln/aljz)