Salma (9/4/2013) Hari ini cuaca menjelang siang hari di Suriah terkhusus Salma, Jabal Akrod berada di 19 derajat celcius, tidak terlalu dingin untuk kami rakyat Indonesia. Dokter Romi selaku penanggung jawab kami di rumah sakit lapangan (RSL) Salma, menemui kami dan mengatakan bahwa nanti kami ada perjalanan keluar melihat hasil pekerjaan jalan pintas yang dilakukan para pejuang beberapa hari lalu. Saat ini beliau akan menangani dua orang pasien, setelah semua selesai maka kita akan pergi.
Tidak lama kemudian terdengar adzan zuhur berkumandang, maka kami pun bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat zuhur. Yang kami sebut sebagai masjid di RSL Salma hanyalah ruang kamar seluas 3×4 meter disalah satu ruangan kosong yang ditinggal oleh pemiliknya berhijrah untuk menghindari serangan mortar hingga birmil yang dikirim tentara rezim bashar ke wilayah Salma. Ruangan ini hanya muat diisi oleh jamaah tidak sampai 20 orang, selain itu arah kiblat pun agak menyerong kekanan, sehingga ruangan kecil semakin nampak padat jika jamaah sudah memasuki ruangan. Masjid yang terletak dua lantai diatas kamar kami ini lantainya hanya dialasi dengan permadani khas Turki berlapis dan lemari kecil untuk meletakkan Alquran di pojok belakang. Tidak ada pengeras suara, apalagi pendingin atau pemanas ruangan (AC) sebagaimana belakangan marak kita temukan dimasjid-masjid jami’ di negara kita Indonesia.
Setelah kami melaksanakan shalat zuhur yang dilanjutkan dengan menjama’ ashar kami pun berangkat. Hanya sepuluh menit berkendara dengan Blazer Cheverolet buatan Amerika, hibah dari salah seorang muhsinin di London, kami sampai di awal jalan pintas yang masih masuk wilayah Salma, Jabal Akrod. Penduduk sini menyebutnya dengan Wadi Azroq atau Lembah Biru, karena memang posisi jalannya menurun sejak dari Salma, selain itu disamping jalan ini terdapat jurang yang lumayan dalam.
Perlahan kami mulai meniti jalan yang baru selesai dibuat oleh para pejuang ini, belum sempurna memang karena jalan masih berbentuk tanah liat dan berpasir, serta berundak. Akar-akar pohon besar masih ada yang tampak melintang ditengah jalan, sehingga sedan merah didepan kami terpaksa berhenti karena akar pohon menyangkut di ban depan mobilnya. Mungkin orang tersebut adalah yang pertama kali melintasi jalan ini setelah selesai pembuatannya, karena ia berada di arah berlawanan dengan kami. Dan jalan ini belum banyak diketahui oleh penduduk Salma.
Jalan pintas ini hanya berjarak 2km yang dimulai dari Wadi Azroq dan berakhir di desa Alhuur salah satu desa yang secara geografis masuk ke wilayah Jabal Akrod (gunung akrod). Desa Al Huur ini tidak jauh berbeda kondisinya dengan Desa Salma dimana kami bertugas didalamnya. Mayoritas penduduknya berhijrah dan pergi mengungsi untuk menghindari serangan militer tentara rezim Bashar, setiap harinya masih sering mendapat kirimian misil dan roket tentara rezim. Lebih dari 10 kilometer jarak yang diputus dengan adanya jalan pintas baru untuk sampai ke desa Al Huur ini, Alhamdulillaah.
Dan yang terpenting, bahwa umat Islam di Jabal Akrod dan sekitarnya bisa lebih mudah akses menuju Rumah Sakit Lapangan (RSL) di Salma, dengan waktu yang tidak terlalu lama dan tidak perlu khawatir akan misil-misil yang mengancam perjalanan mereka saat melewati ‘Thariq Syahadah’ atau Jalur Maut. Yaitu jalan dimana pantauan tentara bashar dari gunung Ya’kubi mengarah kejalan tersebut, sehingga tidak jarang saat kendaraan melaju dijalan tersebut maka tentara Bashar mengirim misilnya untuk menghancurkan kendaraan yang melintas diatasnya. Laa haula walaa quwwata illaa billaahi.
Jalan yang dibuat oleh para pejuang dengan jarak 2 kilometer ini diselesaikan pengerjaannya hanya dalam waktu 10 hari saja, dengan izin Allah. Semua dilakukan dengan ketekunan tinggi dan keikhlasan kepada Allah, sehingga semua Allah mudahkan. Dan in sya Allah beberapa hari kedepan akan dilakukan perbaikan jalan dengan menghaluskan dan menghilangkan rintangan seperti bebatuan dan ranting-ranting pohon yang ada disampingnya.
Pengerjaan jalan yang membutuhkan dana besar ini Alhamdulillaah dapat dipenuhi dengan infak seorang muhsinin dari Saudi, semoga Allah berkahi harta dan keluarganya. Dan kami sangat berharap agar kedepan giliran kita, bangsa Indonesia yang dapat membantu mempermudah urusan para pejuang dijalan Allah yang ada di Suriah dalam rangka meninggikan kalimat-Nya.
Abu Abdillah
Tim ke-6 Relawan HASI untuk Suriah