Konflik antar sekte Syiah-Sunni terus membayangi Irak. Sejumlah pimpinan Sunni Irak mengeluarkan pernyataan waspada terhadap strategi milisi bersenjata Syiah yang ingin menguasai Baghdad dengan mengubah mayoritas Sunni di kota tersebut, menjadi minoritas.
Kekhawatiran seperti itu muncul dilatarbelakangi oleh sejumlah serangan yang diduga dilakukan oleh milisi bersenjata Syiah dan menyebabkan ribuan orang Sunni meninggalkan rumah tinggalnya di Baghdad.
Adnan Dalimi, Sekjen Organisasi Konferensi Masyarakat Irak, mengatakan, “Apa yang terjadi di Baghdad saat ini adalah konspirasi terencana dan bukan sekedar perang antar sekte.” Dalam wawancara dengan Islamonline, Dalimi juga menjelaskan, “Konspirasi ini dilakukan dengan membunuh, menteror, mengusir penduduk Sunni yang ada di Baghdad, khususnya mereka yang tinggal di pinggiran kota Baghdad, dengan tujuan mengubah demografi penduduk kota Baghdad.”
Dengan memperhatikan serangkaian tragedi yang terjadi setiap hari di Baghdad, Dalimi mengaku telah mencium strategi sektarian untuk menguasai Baghdad yang dilakukan oleh milisi bersenjata Syiah didukung militer negara sekte Syiah. “Mereka ingin meminimalisir jumlah kaum Sunni dan mengevakuasi mereka ke tempat lain. Padahal saat ini Sunni adalah mayoritas mutlak di Baghdad. Saat ini, kelompok itu berhasil memaksa puluhan ribu kaum Sunni untuk mengungsi dari Baghdad, bahkan sebagian keluar Irak,” ujar Dalimi.
Menurut Dalimi, sejumlah media massa yang merupakan corong partai politik dan kekuatan yang ada di Irak, mulai menyebut Baghdad dengan bahasa ibukota Ahlul Bait, bukan ibukota Khilafah Islamiyah. Selain itu, sejumlah media massa juga menyebut sejumlah masjid kaum Sunni sebagai masjid orang kafir. Sementara di waktu yang sama mereka berbicara tentang kemaslahatan Irak secara nasional. “Meskipun kami tetap mendukung rekonsiliasi. Tapi kami tidak merasakan adanya keseriusan dari pihak pemerintah untuk memecahkan masalah milisi bersenjata Syiah yang berupaya menguasai ibukota, Baghdad,” kata Dalimi menyinggung keberpihakan pemerintah kepada sekte Syiah.
Terkait masalah ini, pengamat politik Irak Nazar Samrai juga sepakat dengan apa yang diolontarkan Dalimi. Dalam pernyataannya kepada Islamonline, ia mengatakan, “Baghdad sudah berubah menjadi pusat pertemuan intelejen dari berbagai negara, lokasi milisi bersenjata dan berbagai unit kematian, juga lokasi para penjahat. Padahal sebelumnya Baghdad adalah kota yang memelihara keseimbangan rakyat Irak.”
Menurutnya, Iran mempunyai keterkaitan dengan kemunculan milisi bersenjata di Baghdad. “Iran, dengan dukungannya kepada milisi bersenjata dan partai Syiah yang sebagiannya menguasai pemerintahan, berusaha merubah komposisi demografis Baghdad dengan mengungsikan kaum Sunni dan menempatkan ribuan orang Iran dengan bekal dokumen palsu yang menyebutkan bahwa mereka adalah kaum Syiah Irak,” ujar Samrai.
Peristiwa ini didukung dengan perkataan Abu Baqir, Jubir dan referensi kaum Syiah atas nama Sayyid Hasan Sharhe, yang mengatakan bahwa ada sekitar 150 ribu orang Iran yang masuk ke Irak dan menjadi penduduk di sana. Sejumlah pengamat lainnya menyebutkan bahwa tindak pembunuhan dan pengungsian kaum Sunni secara paksa dari Baghdad memiliki target sebagai pra kondisi mendirikan sebuah kekuasan federal Syiah. (na-str/iol)