Dewan tertinggi Militer Pembebasan Suriah akan bertemu pada hari Jumat setelah adanya pembunuhan seorang petinggi Tentara Pembebasan Suriah, Mohammed Kamal al-Hamami.
Kejadian tewasnya Hamami, menyoroti keretakan antara gerakan militan Islam dan oposisi bersenjata Suriah yang didukung Negara Negara teluk dan barat.
Hamami – juga dikenal sebagai Abu Bassel Al-Ladkani – adalah anggota Dewan tertinggi Militer FSA.
Hamami terbunuh saat sedang bertemu dengan perwakilan Negara Irak di kota pelabuhan Latakia kata Qassem Saadeddine – seorang juru bicara FSA – kepada Reuters.
“Pejabat Irak menelepon saya , ia mengatakan mereka membunuh Abu Bassel dan bahwa mereka akan membunuh semua Dewan tertinggi Militer,” kata Saadeddine dari Suriah.
Pejabat tinggi FSA akan bertemu pada Jumat ini untuk membahas pembunuhan Hamami, kata Louay Almokdad, seorang juru bicara FSA.
“Kita harus mengambil tindakan yang diperlukan pada semua tingkatan, dan Negara Irak dan brigade Levant harus turun tangan dengan tewasnya Hamami … sehingga kita bisa menahan dan meminta tanggung jawab dari pihak yang melakukan hal tersebut ,” kata Almokdad kepada Al Arabiya.
Kepala Staf Militer Dewan Tertinggi Tentara Pembebasan Suriah, Brigadir Jenderal Salim Idris,mengatakan , “kita berduka atas terbunuhnya martir Mohammed Kamal al-Hamami, yang dibunuh oleh kekuatan jahat.”
FSA telah berusaha untuk membangun jaringan logistik dan memperkuat kehadirannya di Suriah dengan dukungan pemerintah AS yang menjanjikan untuk mengirim senjata , setelah menyimpulkan bahwa pasukan Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia terhadap pejuang Suriah.
Tetapi Kongres komite AS masih ada kekhawatiran bahwa pengiriman senjata tersebut bisa saja beralih ke tangan militan Islam, sumber keamanan AS mengatakan.
Sementara itu, di lapangan , unit Tentara Pembebasan Suriah kadang-kadang berjuang bersama kelompok-kelompok militan Islam , dan sangat disayangkan Jabhat al Nusra dituduh dan telah disalahkan atas pembunuhan komandan FSA tersebut. (Arby /Dz)