Israhell Bom Rafah, Keluarga Tawanan ‘Resah’

eramuslim.com – Zionis ‘Israel’ kini mulai mengendalikan menghancurkan perlintasan Rafah, berdampak pada sekitar 1,5 juta warga Gaza yang mengungsi di wilayah tersebut.

Pada hari ke 215 agresinya terhadap Gaza, tentara penjajah ‘Israel’ mengintensifkan serangannya di Rafah, selatan Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian dan cederanya sejumlah warga Palestina, pada saat brigade perlawanan terlibat dalam bentrokan sengit dengan Gaza.


Media tersebut melaporkan bahwa tentara ‘Israel’ pada hari Selasa mengatakan mereka telah mengambil alih kendali operasional di perbatasan Rafah, yang terletak antara Gaza dan Mesir, dan bahwa pasukan khusus rezim sedang memindai daerah tersebut.

Rekaman menunjukkan Pasukan Pertahanan ‘Israel’ (IOF) menyerbu dengan tank yang dihiasi bendera dan menguasai perbatasan dengan Mesir. Klip lain menunjukkan sebuah tank tanpa ampun melaju di atas monumen bertuliskan ‘I Love Gaza’ sebelum suara tembakan terdengar.

IDF juga mengatakan pihaknya telah membunuh 20 pejuang Hamas dan menemukan tiga terowongan “penting” dalam beberapa jam pertama. Serangan ‘Israel’ ke Rafah diperkirakan akan berlangsung selama enam minggu.

Tentara dan kendaraan ‘Israel’ menembus bagian timur kota. Sumber medis Palestina mengatakan, jenazah 35 syuhada dan 129 korban luka tiba di Rumah Sakit Kuwait di Rafah dalam waktu 24 jam.

Hal ini terjadi ketika Doctors Without Borders memperingatkan bahwa serangan penjajah terhadap Rafah akan berdampak buruk pada lebih dari satu juta orang.

Sementara Washington menyatakan optimismenya mengenai kemungkinan mempersempit kesenjangan antara Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan penjaah, media ‘Israel’ mengatakan bahwa puluhan keluarga tahanan menutup poros utama Ayalon di Tel Aviv, menuntut kesepakatan yang akan mengembalikan anak-anak mereka.

Untuk mengantisipasi dimulainya kembali perundingan di Kairo setelah gerakan Hamas mengumumkan – sehari sebelum kemarin, Senin – persetujuannya atas proposal mediator Qatar dan Mesir untuk gencatan senjata.

NBC mengutip seorang pejabat Amerika yang mengatakan bahwa Amerika, Qatar dan Mesir Para perunding berusaha menyelesaikan berbagai perbedaan mengenai kesepakatan tersebut, dan negosiasi akan terus berlanjut.

General Manager Humanitarian Care Malaysia (MyCARE) di Gaza, Dr Ziad Shehada, mengatakan kehancuran tersebut mengakibatkan seluruh penyeberangan di Rafah ditutup pada Selasa dan tidak ada lagi truk bantuan kemanusiaan yang bisa masuk ke Gaza.

“Tidak ada lagi korban yang dapat meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis dan tidak ada lagi makanan dan minuman yang dapat ditemukan di pasar.

“Sekitar 1,5 juta orang (Palestina) berpindah dari Rafah ke daerah lain seperti Khan Younis, Deir Al Balah, Nusairat dan lain-lain,” ujarnya melalui rekaman video di TikTok miliknya.

Rafah menampung warga Palestina yang kehilangan rumah dan mengungsi dari serangan ‘Israel’ sejak 7 Oktober tahun lalu. Ziad menginformasikan, sebagian besar korban yang mengungsi juga tidak memiliki tenda untuk berlindung.

“Kami di MyCare mempunyai banyak tenda tetapi tidak cukup untuk menampung semua orang.

“Saya yakin hampir separuh masyarakat (laki-laki) beserta perempuan dan anak-anaknya tidur di jalanan dan di pantai tadi malam tanpa (fasilitas atau perlengkapan) apa pun,” ujarnya.

Ancaman Hamas

Hamas telah memperingatkan bahwa mereka akan menarik diri dari perjanjian gencatan senjata jika penjajah terus melanjutkan serangannya terhadap Rafah.

Pejabat seniornya, Osama Hamdan menegaskan, pilihan kini ada di tangan Perdana Menteri ‘Israel’, Benjamin Netanyahu.

Pernyataan Osama menyusul ketika delegasi Hamas berada di Kairo untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata.

“Jika agresi ‘Israel’ terus berlanjut maka tidak akan ada gencatan senjata, karena ‘Israel’ menyerang dan menembak,” katanya.

“Adalah hal biasa jika ada perlawanan terhadap invasi ini, untuk membela diri, dan untuk mengekang penjajah,” tambah dia.

‘Israel’ pada Selasa mengambil alih gerbang perbatasan antara Mesir dan Gaza selatan, satu-satunya jalur pengiriman bantuan ke Palestina, yang kini terancam kelaparan.

Sementara itu Osama menekankan bahwa gerbang perbatasan Rafah akan tetap menjadi terusan yang diperuntukkan bagi penduduk Palestina. (sumber:Hidayatullah)

Beri Komentar