Militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan melakukan penutupan seluruh perbatasan di Tepi Barat selama tiga hari menjelang perayaan hari besar agama Yahudi, mulai Senin (5/5) malam.
"Penutupan akan dilakukan di sejumlah tempat, mulai tengah malam dan akan berakhir pada hari Kamis tergantung pada hasil penilaian terhadap situasi keamanan, " demikian pernyataan militer Israel.
Selama penutupan perbatasan, militer Israel akan meningkatkan kewaspadaan untuk memastikan keselamatan warga Israel dan akses keluar masuk bagi warga Palestina hanya dibuka untuk keperluan kemanusiaan.
Israel selalu melakukan penutupan perbatasan di wilayah pendudukan Tepi Barat setiap hari libur nasional warga Yahudi, dengan alasan keamanan.
Sementara itu di Jalur Ghaza, pasukan Zionis Israel melakukan penggeledahan ke rumah-rumah warga Palestina. Militer Israel mengatakan, penggeledahan itu dilakukan sebagai bagian dari upaya mereka memberantas ‘teror’ yang dilakukan para pejuang Palestina.
Namun warga Ghaza mengeluhkan perlakukan pasukan Zionis yang tidak manusiawi saat melakukan penggeledahan itu. "Luka mental akan membekas untuk waktu yang lama. Kami tidak pernah mengalami tindakan brutal seperti ini, " kata seorang warga Ghaza, Maher Abu-Daha seperti dikutip Ynet.
Sejumlah warga Ghaza mengungkapkan, selama operasi pasukan Israel, selama berjam-jam mereka tidak diperbolehkan makan, minum atau ke toilet. Pasukan Zionis juga merusak dan mengambil harta benda milik warga yang rumahnya digeledah.
Menurut Abu Dha, pasukan Zionis memanfaatkan warga sipil sebagai tameng hidup selama mereka melakukan misinya di Jalur Ghaza. Ia mengaku ditanya oleh interogator Israel mengapa Hamas begitu populer di Ghaza, dan Abu Daha menjawab, "Tiap kali anggota Hamas bertempur melawan pasukan Zionis yang masuk ke wilayah Ghaza, dukungan terhadap Hamas meningkat."
"Makin lama Anda (Israel) menerapkan kebijakan seperti ini, maka Hamas akan makin kuat, " tukas Abu Daha pada interogatornya. (ln/presstv)