Sedikitnya 830 ribu warga Palestina yang menjadi pengungsi di Jalur Gaza terancam kelaparan dan 194 ribu pelajar Palestina yang belajar di sekolah-sekolah milik UNRWA di Gaza terancam terhambat aktivitas pendidikan mereka. Ini terjadi setelah pasokan bahan makanan dan lalu lintas barang di Jalur Gaza terhenti akibat penutupan gerbang al-Mindzar di perbatasan utara Jalur Gaza dengan Israel.
Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) mengingatkan semua aktivitasnya di Jalur Gaza terancam berhenti akibat penutupan gerbang perlintasan al-Mindzar “Karni”, sejak 7 hari terakhir. Hal ini mengakibatkan terhentinya keluar masuk barang di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kelangkaan bahan bakar, bahan makanan dan material bangunan.
Direktur Operasional UNRWA John Ging dalam pernyataan persnya, Jum’at (25/08) mengatakan, “Kelangkaan bahan-bahan tersebut mengancam berhentinya semua aktivitas UNRWA di Jalur Gaza secara total.” Dia menegaskan, pembagian bahan makanan bagi 830 ribu pengungsi Palestina di Jalur Gaza tidak akan bisa dilakukan sebagaimana direncanakan pada pekan mendatang kecuali Israel membuka gerbang al-Mindzar dan mengizinkan truk bantuan masuk di pelabuhan Esdod (Israel) yang belakangan ini aktivitas pengiriman bahan makanan terlihat terus terlambat akibat agresi Israel di Libanon.
Ging menegaskan, cadangan bahan bakar yang dimiliki UNRWA hanya cukup untuk seminggu saja sejak serangan udara Zionis Israel menghancurkan pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza. Hal ini membuat UNRWA hanya menggantungkan pada upaya-upaya alternatif khusus. Akibat dari itu semua, ungkap Ging, berdampak kepada berhentinya 18 pelayanan kesehatan di Jalur Gaza, membahayakan cadangan obat-obatan dan mengancam aktivitas-aktivitas medis.
Penutupan perlintasan Israel ini juga sangat mengancam aktifitas pendidikan di Jalur Gaza. Ging mengatakan, “Pada saat UNRWA tengah bersiap menyambut kedatangan lebih 194 ribu siswa pengungsi di sekolah-sekolah UNRWA di Gaza, maka terhentinya bahan bangunan masuk ke Gaza sejak 2 bulan mengakibatkan ketidakmampuan lembaga internasional ini untuk merekonstruksi dan merenovasi kembali sekolah-sekolah yang hancur dan rusak akibat operasi militer Israel.”
Direktur Operasional UNRWA di Gaza ini menjelaskan, kondisi kemanusiaan di Gaza sangat buruk, membuat putus asa dan terus mengalami degradasi. Menurutnya, kesempatan harapan pascapenarikan Israel dari Jalur Gaza kini telah menguap lenyap. Semua data yang ada sangat mencemaskan, karena Jalur Gaza telah menjadi kawasan yang terisolasi secara ekonomi dari dunia sehingga menjadikan aktivitas yang dilakukan UNRWA dalam kondisi seperti ini sangatlah sulit.
Akibat dari penutupan gerbang perlintasan ini, ungkap Ging, dana UNRWA yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk operasional kemanusiaan di Gaza, terpaksa harus digunakan untuk membayar denda kepada perusahaan-perusahaan Israel yang jumlahnya mencapai lebih sejuta dolar. (war/pic)