Nahom Breneya dan Shimon Shafer, dua kolomnis Israel terkenal di harian Yodiot Aharonot menuliskan artikelnya yang menarik baru-baru ini. Mereka berdua berkolaborasi dan menemukan lima hal alasan utama, mengapa Israel hingga kini belum berani mengeluarkan perintah melakukan operasi militer besar-besaran ke wilayah Ghaza, yang kini dikuasai Hamas.
Padahal, menurut Komandan AD wilayah Selatan Israel Mayor Jendral Yoav Galent, “Semua rakyat Israel sepakat untuk serangan militer besar ke wilayah Ghaza, tapi masalahnya memang hanya waktu. ”
Menurut kedua kolomnis Israel itu ada lima belenggu yang hingga kini masih menahan Israel untuk tidak melakukan operasi militer ke Ghaza. Belenggu pertama adalah kekhawatiran besar Israel hingga hari ini, terkait ketegangannya dengan militer Suriah yang boleh jadi akan semakin runcing.
Kedua, terkait waktu yang masih menunggu digelarnya konferensi internasional yang akan digelar di Washington pada musim gugur mendatang. Menurut kedua pakar itu, “serangan militer ke Ghaza bisa menggagalkan konferensi tersebut, di sisi lain serangan militer saat ini bisa makin mempersulit kedudukan Mahmud Abbas yang masih dalam kerangka konsolidasi kepemimpinannya untuk bisa mencapai target utama yang diinginkan dalam politik PM Israel Olmert. ”
Belenggu ketiga adalah, karena terkait dengan Mesir yang hingga kini masih dituding oleh Israel dan AS kurang melakukan upaya menghalangi penyelundupan senjata dari Sina ke Ghaza. Karenanya, belenggu yang keempat adalah kekhawatiran Israel bila Hamas akan mampu melakukan perlawanan besar bila diserang.
Dan kelima, terkait dengan kegunaan serangan yang dilakukan pada waktu sekarang dan efeknya di masa mendatang. Israel sedang dalam tahap konsolidasi dan perhitungan matang untuk melibatkan seluruh kemampuan militernya bila harus melakukan serangan atas Ghaza. Dan mereka juga belum bisa memastikan, kapan peperangan itu akan berakhir bila sudah dipicu permulaannya. Karenanya, para pengamat militer Israel memandang Israel akan menanggung beban besar bila ternyata Hamas mampu melakukan perlawanan sebagaimana perkiraan mereka yang meleset prihal kekuatan Hizbullah di Libanon. (na-str/akhb)