Tidak puas dengan ancaman menyerang Gaza, pasukan Israel menangkapi anggota kabinet dan anggota legislatif dari Hamas, untuk menekan agar serdadunya yang tertangkap oleh pejuang Palestina dibebaskan.
Para pejabat Hamas menyatakan, lebih dari 30 anggota legislatifnya di Tepi Barat ditangkap Israel. Di antaranya adalah Deputi Perdana Menteri, Nasser Shaer dan tiga anggota kabinet lainnya ditangkap di Ramallah. Beberapa pejabat Hamas lainnya ditangkap di kota Jenin.
Media Israel menyebutkan, pasukan Israel menangkapi anggota legislatif dari Hamas di wilayah Yerusalem dan lokasi-lokasi lainnya. Bahkan sejumah aparat keamanan mengatakan, walikota kota Qilqiya di Tepi Barat yang berasal dari Hamas beserta deputinya, ikut ditangkap.
Militer Israel memilih bungkam atas laporan penangkapan-penangkapan itu. Pihak Israel tetap bersikeras menyalahkan Hamas atas peristiwa serangan ke pos militer Israel hari Minggu kemarin yang menyebabkan dua tentara Israel tewas dan seorang serdadunya hilang. Israel bahkan menuding pemimpin Hamas yang sedang dalam pengasingan di Suriah ikut bertanggungjawab atas peristiwa itu.
Seorang menteri kabinet Palestina mengungkapkan, pemimpin Hamas di Suriah, Khalid Mishaal menjadi target pembunuhan Israel.
Israel sudah terang-terangan menunjukkan ancamannya pada Suriah yang memberikan perlindungan pada Mishaal, dengan cara menerbangkan pesawat-pesawat tempurnya ke wilayah udara Suriah, tepatnya ke dekat rumah presiden Suriah Bashar Assad yang terletak di tepi pantai, di kawasan pelabuhan Latakia, Rabu (28/6)
Pihak Suriah membenarkan aksi Israel itu, namun angkatan udara Suriah berhasil mengusir pesawat-pesawat Israel tersebut.
Krisis Kemanusiaan
Serangan Israel terhadap fasilitas-fasilitas publik berupa jembatan dan sebuah pembangkit listrik di Gaza, berdampak pada kehidupan warga Palestina dan berpotensi menimbulkan krisis kemanusiaan yang lebih parah di Palestina.
Kementerian penerangan Palestina mengingatkan akan adanya ‘bencana penyakit dan kesehatan’ akibat rusaknya pipa-pipa saluran air di Gaza tengah dan tidak adanya tenaga listrik yang bisa digunakan untuk menggerakan pompa air.
Di Rafah, Nivine Abu Shbeke, seorang ibu berusia 23 tahun terpaksa menimbun berkarung-karung tepung, sayur-sayuran dan persediaan lainnya. "Kami khawatir sampai berapa lama bahan makanan masih tersedia. Anak-anak melahap segalanya," kata Nivine. (ln/aljz)