Pernyataan Sekjen Hizbullah bahwa Israel sedang melakukan kampanye hitam untuk mencegah kemenangan Hizbullah dalam pemilu di Lebanon bulan Juni mendatang, benar adanya. Hal itu diakui oleh Kepala Staff Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi.
Ashkenazi menyatakan Israel khawatir Hizbullah akan memenangkan pemilu parlemen di Lebanon atau paling tidak jumlah kursi Hizbullah di parlemen bertambah yang akan makin memperkuat posisi Hizbullah.
"Akan ada pertarungan untuk masa depan Lebanon dan ada kekhawatiran negara itu akan jatuh ke tangan orang-orang radikal. Israel melihat Hizbullah akan mendapatkan lebih banyak kursi dalam pemerintahan setelah pemilu nanti," kata Letjen Ashkenazi.
Ketakutan Israel bukan cuma sebatas pada kemenangan Hizbullah dalam pemilu, tapi juga persenjataan yang dimiliki kelompok pejuang yang berbasis di selatan Libanon itu. Surat kabar Israel, Haaretz dalam laporannya menyebutkan bahwa Hizbullah sedang berupaya menyelundupkan misil-misil anti pesawat tempur ke Libanon.
Haaretz menyatakan, Israel sudah sejak lama menegaskan bahwa tindakan Hizbullah itu sudah melewati batas dan harus segera dilakukan upaya pencegahan. "Israel meyakini Hizbullah akan menggunakan SA-8 di Libanon, sebuah jenis senjata yang bisa menjadi ancaman bagi pesawat-pesawat tempur Israel jika terbang di atas wilayah udara Lebanon," tulis Haaretz.
Masih menurut Haaretz, misil buatan Soviet itu selama ini digunakan oleh militer Suriah dan para pejuang Hizbullah sudah mendapatkan pelatihan cara penggunaan misil tersebut di Suriah. Sampai detik ini, tambah Haaretz, Suriah masih menjadi jalur utama pengiriman senjata untuk Hizbullah. Setahun yang lalu, Israel pernah mengeluarkan ancaman pada Suriah dan Hizbullah bahwa rezim Zionis itu akan melakukan serangan udara terhadap konvoi yang mengangkut persenjataan ke wilayah Lebanon.
"Perdana Menteri Ehud Olmert dan Menteri Pertahanan Ehud Barak pada publik mengatakan bahwa persenjataan-persenjataan itu akan mengganggu keseimbangan di kawasan dan Israel tidak akan mentoleransi hal itu," tulis Haaretz.
Menjelang pemilu bulan Juni mendatang, ketegangan politik sudah terlihat di Lebanon mulai dari kekhawatiran akan pengiriman misil-misil ke negara itu, terbongkarnya jaringan mata-mata Israel di Lebanon, laporan Der Spiegel yang menyebut keterlibatan Hizbullah dalam kasus pembunuhan Rafiq Hariri dan belum terungkapnya dalang pembunuhan terhadap Komandan Militer Hizbullah Imad Mughniyeh. (ln/mnr)